"Shit? Kenapa pakaian wanita semua?"
Ucapnya dengan nada putus asa setelah membuka sebuah koper yang ia yakini adalah miliknya. Tubuhnya berangsur mundur, pun dengan jemari tangan kanannya yang mengacak asal surai hitamnya.
Tatapan penuh heran kembali ia lontarkan pada sebuah koper yang sudah terbuka di depan matanya. Pakaian warna-warni dengan potongan yang begitu asing di matanya ini membuatnya harus memutar ingatannya beberapa kali.
"Oh, God!" Serunya seraya kembali mengacak surai miliknya.
Seingatnya, ia mengambil koper yang tepat. Juga, dengan digit angka yang ia masukkan sebagai pengunci pada koper tersebut. 9009; empat digit angka yang terus berputar di otaknya dan ia yakini tidak salah memasukkan angka.
"Halo? Iya, apa ada yang kehilangan koper?"
Sebuah kalimat tanya dengan bahasa lokal yang cukup fasih ia ucapkan pada seorang petugas bandara melalui telepon selularnya. Untungnya, ia masih menyimpan semua kontak yang diberikan Yihyun padanya.
Sepertinya jawaban yang didapat tak sesuai harapan hingga ia harus menghela napas frustasi sekali lagi, serta merta panggilan yang berakhir dan dirinya yang berangsur menaiki ranjang untuk berbaring di atas tempat tidurnya.
Menatap langit-langit kamar hotel berbintang empat tersebut. Mengatur napasnya yang sesekali terasa berat hingga mengganjal pada paru-paru miliknya. Ah, mungkin ini akibat terlalu banyak merokok.
Pria itu merubah posisi tidurnya menjadi tengkurap dengan pandangan yang lurus menatap koper yang terbuka di hadapannya. Juga sebuah kemeja bermotif bunga dengan warna peach yang begitu mencolok matanya.
"Kalau aku membuka salah satu pouch disana, apakah termasuk mengganggu privasi orang?" Gumamnya pelan.
Ia tampak menimbang-nimbang. Merasa ragu dengan apa yang akan ia lakukan juga merasa harus melakukannya.
Tak ada suara lain selain denting jarum jam dan suara bising televisi yang sengaja ia biarkan menyala. Katanya, agar kamarnya tidak terlalu sepi meski matanya sama sekali tak melirik benda elektronik yang kini perlahan sudah mulai ditinggalkan.
"Oke, got it!" Serunya tak kalah heboh.
Jari-jari tangannya dengan semangat mengetik nomor yang tertera pada sebuah kartu nama yang ia dapat pada salah satu pouch. Sebuah kartu nama dengan informasi nomor pribadi pemilik koper itu beserta namanya.
"Halo?"
Kim Taehyung yang kini tengah menempelkan ponsel di telinga kanannya sontak mengangkat sebelah alisnya setelah panggilannya ditutup sepihak oleh si penerima telepon.
"Haruskah aku mengirim pesan terlebih dahulu?"
..
Lee Jieun. Gadis berusia 28 tahun yang tengah menjalani perjalan bisnis ke London ini harus mendapat kesialan karena salah mengambil koper. Padahal semalam ia sangat yakin jika itu adalah koper miliknya, juga angka 9009 yang cocok dengan koper yang kini berada di kamarnya.
Ia tak henti-hentinya mengerutkan dahi. Menatap heran pada isi koper yang saat ia buka menampilkan sebuah celana pendek laki-laki dengan motif tentara.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Jieun. Menelepon pihak bandara terkait kehilangan koper. Tentu saja hasilnya nihil. Tidak ada satu laporan pun terkait kehilangan koper dalam kurun waktu yang sama dengan dirinya tiba di bandara beberapa jam lalu.
"Padahal aku yakin, ini koperku. Kodenya juga sama." Gumam Jieun.
Jieun pergi dengan semua masalah yang ia tinggalkan disana. Di tempat tinggalnya. Inilah kenapa, ia sangat berharap jika perjalanan bisnisnya ke London bisa sedikit membuat dirinya lupa akan masalah yang ada di rumah. Atau anggap saja ia sedang kabur.
KAMU SEDANG MEMBACA
ViUㅡShort Story
Fiksi PenggemarShort story dengan berbagai genre. Cast tetap; Lee Jieun dan Kim Taehyung.