Chapter 14: Secret Meeting

94 2 0
                                    

"Siapa pria itu? Siapa Farrel yang sebenarnya? Kenapa Papa membenci mereka? Jika alasan mereka karena harta mengapa semua ini terdengar tidak usai bahkan setelah kematian Farrel dan Elton." Madilyn menangis di hadapan Liam. Liam yang peduli dengan perasaan Madilyn karena dia sudah mulai merasakan benih-benih cinta tumbuh di dalam hatinya. 

"Madilyn, tenanglah. Kita akan menemukan siapa itu Farrel dan siapa yang membunuhnya. Jangan khawatir aku akan membantu kamu." ucap Farrel terpaksa.

Dia tak ingin mengatakan yang sebenarnya karena kejujuran dapat membuat dia jauh dari Madilyn. Bagi Liam apa pun yang telah usai, memang sudah usai, tidak perlu dibahas lagi dan tak perlu di ulangi lagi. Biarlah yang telah berlalu menjadi rahasia Tuhan dan yang bersangkutan. Liam hanya ingin hidup tenang, menjadi pengawal kepercayaan Madilyn dan mencintai seseorang yang dia dekap dalam pelukannya kali ini. 

Setelah mendapatkan istirahat yang cukup Madilyn turun untuk sarapan. Carl terlihat begitu tenang dan Madilyn menatap ayahnya dengan tatapan yang penasaran. Dia tetap menyantap sarapannya tanpa memperhatikan istri ataupun putrinya yang saat ini sedang duduk di sampingnya. 

"Carl, kamu baik-baik saja kan?" sapa Helena yang menyadarkan suaminya dari lamunannya. 

"Tentu saja Helena tentu saja. Aku akan terlambat malam ini, jangan tunggu aku untuk makan malam. Have a good day my dear." Carl berpamitan seperti biasa dia selalu mencium kening Madilyn. 

"Papa mau kemana malam ini, Ma?" Madilyn masih penasaran dengan sikap dan apa yang diucapkan ayahnya, 

Helena hanya menyipitkan matanya, "Jika tidak ingin terlibat jangan ikut campur, Madilyn. You play for safe." 

"Apa maksud Mama?" Madilyn menyipitkan matanya, 

"Nevermind, Mama ada rapat nanti siang tapi, Mama mau belanja dulu. Kamu mau ikut, sekali-kali untuk menenangkan pikiran kamu." ajak Helena.

Madilyn yang tak mau ikut dan hanya ingin meminum kopi kantor, duduk di kursi kantor, menghadap ke laptop atau menandatangi dokumen saja. 

"Gak semua rasa sakit hati obatnya mengeluarkan uang. Ada beberapa yang tidak bisa disembuhkan bahkan tidak ditemukan obatnya," ucap Madilyn yang kemudian beranjak dari tempat duduknya, mengambil tas yang sudah disiapkan pelayannya kemudian keluar dari rumah mewahnya itu. 

Helena menatap Madilyn dari jendela, tak biasanya putrinya duduk di kursi depan kecuali dia sedang menyetir. Raut wajah Madilyn juga bahagia dan tidak seperti beberapa hari yang lalu. Beberapa hari lalu raut wajahnya terlihat murung dan bersedih karena kematian Elton dan Farrel. Helena merasa sedikit lega menyaksikan pemandangan itu. Namun, tidak dengan suaminya jika dia menemukan bahwa Madilyn memiliki hubungan spesial dengan pengawalnya. 

Memang benar jika Madilyn sedang kasmaran, persis seperti tebakan ibunya. Bahkan di sela-sela lampu merah, mereka masih sempat bercumbu dan bermain dengan lidah mereka. Liam tak mau mengakui bahwa dia telah jatuh cinta lagi setelah bertahun-tahun karena dia merasa bukan saat ini waktunya yang tepat untuk mengatakan semua itu.

Kini Liam juga punya izin untuk hadir dimana pun Madilyn ada. Madilyn ingin jika Liam selalu mengawasinya meskipun sebetulnya dia merasa tidak nyaman. Seorang Madilyn Mclover setelah beberapa hari patah hati kini siap untuk membentuk dan menanam cinta yang baru dan mengizinkan seseorang untuk masuk ke dunianya setelah Farrel. Bukan sebuah keputusan yang mudah bagi Madilyn untuk menerima seseorang lagi setelah kehilangan orang yang dia cintai.

Namun, dia mengikuti kata hatinya dan membiarkan hatinya untuk jatuh dan mencintai Liam. Bukan hal yang sulit untuk mengingat wajah Liam karena itu, Madilyn bisa tersenyum seperti wanita yang layaknya jatuh cinta dengan seseorang. Madilyn bisa memandangi Liam berjam-jam di tengah-tengah pekerjaan dan waktu istirahatnya. 

Personal BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang