Chapter 33: Break up

32 2 0
                                    

Madilyn keluar dari ruangannya dan dia masih sangat emosi karena dia tidak tau apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dia berjalan menuju ke ruangan dimana ayah dan ibunya sedang mengobrol. Dia masuk tanpa permisi dan melihat kedua orangtuanya duduk dengan santai mereview pekerjaan dan meminum kopi mereka.

"Ada apa, Madilyn?" Helena bertanya sedangkan Carl hanya menatap putrinya dengan tatapan kosong. Dia tak mengerti apa yang terjadi sehingga Madilyn sampai marah seperti itu. 

"Kenapa pengawal aku diganti, Pa?" tanya Madilyn yang terdengar mengintrogasi. Carl meletakkan dokumen yang belum sempat dia baca di atas meja, matanya menatap Madilyn dengan serius, "Demi keamanan kamu karena Liam menghilang sejak kamu pergi." jawab Carl dengan santai.

Madilyn masih berapi-api dan emosi karena ayahnya terdengar tidak mengatakan yang sebenarnya. Tidak mendapatkan jawaban yang pasti, Madilyn kembali ke kamarnya dan mencoba untuk sedikit lebih tenang demi calon bayinya. Dia duduk di sofa dan memesan susu putih hangat dan diam-diam memesan susu kehamilan secara online.

"Kamu nanti ambil paketnya di depan, ini uangnya. Jangan lupa langsung diantar kesini gak usah pake mampir ke dapur atau tempat lain. Jangan dibuka, jangan dibaca. Kalau ditanya bilang aja kamu gak tau." perintah Madilyn kepada Cassie yang terdengar rumit di telinga Cassie.

Madilyn mencoba untuk menghubungi Liam dan memerintahkan Harris untuk mencari keberadaan Liam karena dia khawatir apa yang terjadi padanya mungkin saja terjadi kepada Liam. Dia menikmati rasa susu asli dengan jahe dan sedikit gula, ditambah dengan suasana dingin di luar yang menjadikan rasa susu itu sangat nikmat di leher dan tenggorokannya. Madilyn masih sibuk dengan ponselnya sembari meminum habis segelas susunya yang tersisa.

'the number that you are trying to call is unreachable' terdengar suara mbak-mbak operator berulang-ulang kali ketika Madilyn menelpon Liam. Ada juga terdengar suara yang mengatakan bahwa Liam tidak dapat dijangkau sama sekali dan telponnya tidak nyambung. Madilyn memakai hpnya yang lain, bukan hanya hp yang dia gunakan, akan tetapi, milik Cassie juga dan semua itu percuma saja. 

Madilyn tidak menemukan whatsapp Liam yang sepertinya akunnya sudah dihapus. Semua media sosial Liam juga tidak ada update sama sekali dan sepertinya Liam telah menghilang seolah ditelan bumi. Namun, Madilyn sama sekali tidak mengetahui alasan yang membuat Liam pergi meninggalkannya tanpa sepatah kata selamat tinggal sekalipun.

Sudah 50 kali sejak dia keluar dari ruangan ayahnya, sejak Cassie keluar kemudian masuk dan keluar lagi. Madilyn rasanya ingin menyerah, dia mendapatkan kabar dari Harris bahwa Liam tidak berada di tempat pelatihan maupun di organisasi yang ternyata tidak memiliki kegiatan penting minggu lalu ketika dirinya berada di New Zealand.

"Lalu, kemana perginya Liam?" Madilyn masih duduk dan mencoba menemukan jawaban. Hana juga datang untuk menenami dirinya yang hatinya kini sedang galau dan akan segera hancur ketika dia tidak menemukan Liam malam ini.

"Dia gak ada di kantornya, gak ada di tempat pelatihan. Nomornya sulit terjangkau dan sepertinya dia memang sudah pergi jauh," Madilyn menjelaskan penjelasan atas fakta yang dia gali dari Harris.

"Mungkin dia butuh waktu dan ruang, lagipula kalian ini kan sudah dewasa, apa yang perlu memanggil penengah seperti aku ini?" Hana justru meledek Madilyn di tengah-tengah kepanikan Madilyn. 

"Dia bisa kan bilang, seenggaknya chat aku lah. Aku ini pacar dia, Han." tegas Madilyn yang menginginkan komunikasi antar dirinya dan Liam. 

"Harusnya sih, tapi, kenapa tiba-tiba coba?" Hana justru bertanya-tanya.

"Ntahlah, waktu di NZ ku call juga gak bisa sama sekali. Dia bilang akan selalu ada, akan selalu disini, lalu, mengapa dia menghilang seolah ditelan bumi." Madilyn tak kuasa menahan air matanya. Perlahan-lahan air matanya menetes ke pipinya. Hana mendekat kepada Madilyn dan memeluknya. 

Personal BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang