Chapter 28: Short Happiness

29 2 0
                                    

"Kamu gila, Carl!!!! apa yang akan terjadi jika dia di luar sana sendirian, dimana akal sehatmu??!!! sudah pergi dengan wanita itu, huh?" teriak Helena memarahi suaminya yang membiarkan anaknya pergi. Carlos dan Sonia hanya berdiri dan menonton kedua pasangan yang sedang bertengkar itu. Carl kembali duduk dengan santai dan memerintahkan seseorang untuk melakukan tugasnya. 

Carl tidak menyita kunci mobil Madilyn, dia juga tidak mengambil kunci rumah yang dibawa Madilyn yang berarti Madilyn bisa pulang kapan saja. Sebelum pergi menjenguk Liam, Madilyn memesan hotel yang entah untuk sampai kapan dan pihak hotel tentu welcome dengan anak milyarder seperti Madilyn yang sudah jelas punya banyak uang. Madilyn juga masih bisa menggunakan kartunya yang menunjukkan bahwa ayahnya tidak memblokir kartunya. 

"Jika anda butuh sesuatu, silahkan hubungi kami kapan saja." ucap sang manajer hotel yang menyambut kedatangan Madilyn.

Madilyn mengucapkan terima kasih atas tawaran itu, dia juga menyuruh Karlina untuk tinggal bersamanya dan membereskan barang-barangnya. "Apa yang terjadi?" tanya Karlina yang baru saja sampai setelah si manajer pergi meninggalkan Madilyn. 

"Nanti ku ceritain, aku mau jenguk Liam dan aku ingin tau bagaimana keadaannya." Madilyn pergi meninggalkan Karlina di hotel sendirian.

Madilyn menuju rumah sakit dan segera memeluk Liam yang terbaring meskipun dia punya banyak pertanyaan untuk diajukan. Namun, tetap saja Madilyn merasa khawatir dengan keadaan Liam. 

"Sayang, kamu baik-baik aja kan?" tanya Madilyn kepada Liam, "Iya, nanti juga boleh pulang." jawab Liam dengan santai. 

"Maaf, kalau aku gak bisa tepat waktu menyelamatkan kamu. Apa mereka menyakiti kamu?" Liam memegang erat tangan Madilyn dan menatap wajahnya yang tampak curiga. Liam kini merasa bersalah atas apa yang telah terjadi. 

"Siapa mereka, apa hubungan Sersan dengan kamu? karena dia sempat mengatakan bahwa kamu adalah tunangan adik-nya." ucap Madilyn lirih. Dia terdengar tak yakin menanyakan hal itu. 

"Mereka adalah komplotan Gerald. Kamu percaya dengan ucapan seseorang yang bahkan tidak kamu kenal? Jika aku adalah tunangan adik dari pria bernama Sersan, maka, aku tidak akan disini bersama kamu. Aku bukan pria yang seperti itu, mereka hanya mengarang semua itu karena mereka ingin kamu sakit hati." jelas Liam.

"Jika memang kamu percaya dengan ucapan mereka. Kamu harus membuktikannya karena kamu pasti tidak ingin jika menuduh tanpa bukti, kan?" Liam menatap Madilyn dengan tatapan yang serius. Madilyn tak ingin membahas hal itu lagi.

"Sudah cukup, aku percaya sama kamu." ucap Madilyn kepada Liam. 

"Dimana dokternya?" tanya Madilyn untuk mengalihkan percakapan tentang pria misterius yang sempat menculik Madilyn di rumah yang terkesan cukup aneh. 

"Nah itu dia datang." ucap Liam mengarahkan tatapannya kepada seorang dokter yang menyelamatkan hidupnya tadi siang. 

"Madilyn," sapa dokter itu yang melemparkan senyumnya kepada Madilyn. 

"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya dokter yang Madilyn sudah tau namanya adalah Michael. 

"Dokter Michael bukankah ini sebuah kebetulan?" Madilyn menyeringai menatap Michael, teman lamanya waktu kuliah di Amsterdam. Michael mengambil studi kedokteran sedangkan, Madilyn mengambil studi manajemen. Mereka berteman dan saling kenal ketika strata ke-2 di Amsterdam, Belanda saja tak lebih dari itu. 

Madilyn bersalaman dengan Michael dan memeluknya setelah Michael selesai merawat luka Liam dan memperbolehkan Liam pulang malam ini. Mereka terlihat sangat akrab dan berbicara banyak tentang bisnis dan kesehatan karena mereka dulu sering berdiskusi mengenai hal yang sama. Liam agak cemburu melihat pemandangan itu dan dia tak bisa dia saja. 

Personal BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang