Chapter 46: Gunshot

28 1 0
                                    

Madilyn pergi kembali ke kamarnya untuk mengangkat telpon dan berbicara secara pribadi dengan Liam. 

"Aku sudah bicara dengan Papa dan dia merestui kita untuk menikah. Sepertinya dia akan berhenti sepenuhnya dan aku yakin tidak akan ada yang menghalangi kita lagi." ucap Liam dalam telpon. Kabar itu terdengar baik di telinga Madilyn.

Madilyn ingin melangsungkan resepsi pernikahannya di rumah saja beserta dengan pestanya. Dia tidak ingin menyewa venue yang besar karena dia tidak berencana mengundang banyak tamu. Dia juga sudah memesan dekorasi sesuai dengan apa yang dia sukai, bunga mawar dan semua ornamen harus berwarna merah. Lilin harus beraroma mawar dan tema pernikahannya akan seperti taman bunga mawarnya. Serba merah dan hijau. 

"Kenapa gak pake adat Bali aja gayanya? Merah-merah gitu kalau lagi hujan sama ada petir kan ngeri." Hana mengerutkan lengannya karena ketakutan mendengar ucapannya sendiri. 

"Ya kan merah itu cetar membahana. Lagian ini tuh buat dress malam aja. Pagi kita ya pakai dress semasa habis pengantin. Suka heran kenapa pengantin harus dandan ribet-ribet padahal ya cuma menyambut tamu. Hahaha." protes Madilyn.

"Ya karena itu adalah moment sekali seumur hidup, jadi, semuanya harus spesial termasuk baju, acara dan resepsi. Kalau gak nikah kan gak ada pesta atau bikin acara-acara kek gini." balas Hana sembari memetik bunga mawar di kebun Madilyn.

"Harapannya sih sekali seumur hidup tapi, nyatanya banyak tuh yang gagal. Semua itu spesial kok, gak harus sekali seumur hidup. Bukankah, kita mau sesuatu yang long lasting? Ya seperti itulah ibaratnya." 

Minggu depan mereka sudah akan memulai pemasangan dekorasi di rumah Mclover. Madilyn hanya berharap semua berjalan dengan lancar agar impiannya dapat terwujud. Hana sebenarnya menawarkan sebuah villa di dekat pegunungan untuk resepsi kedua. Resepsi kedua hanya akan dihadiri oleh teman dekat Liam dan Madilyn saja. Pesta ini juga bersifat sangat tertutup dan untuk orang-orang tertentu saja. Madilyn akan memesan villa itu dan dia ingin sejenak berlibur sebelum menikah. 

Dia juga ingin mengatur persiapan pesta disana yang akan dilaksanakan setelah resepsi utama. Sebenarnya Madilyn tak ingin banyak pesta dan mewah karena dia hanya mementingkan kebersamaannya dengan Liam. Selama Liam setuju dengan apa yang Madilyn pilih untuk resepsi pernikahan mereka, Madilyn sama sekali tidak punya masalah. Dia mengirim sebuah pesan kepada Liam yang menyatakan bahwa dirinya ingin ditemani selama mengunjungi Villa yang akan mereka jadikan tempat resepsi hari kedua. 

Liam pun menyetujui hal itu dan tak lupa Madilyn membawa pengawalnya yang sebenarnya tidak terlalu penting. Namun, Madilyn hanya ingin memastikan bahwa dirinya dan Liam aman selama mereka menuju ke hari pernikahan. Baik Madilyn atau Liam tak ingin jika terjadi sesuatu di antara mereka. Mereka terlalu takut untuk hidup sendiri dan mengganti hati yang sudah terikat dengan hati yang lain.

"Kamu udah fitting baju pengantin? Jangan lupa Mama sama Papa akan support semua ini. Pesan apa pun yang kamu suka. Kami akan memberikan hadiah untuk kalian nanti." Carl memeluk putrinya yang ingin pergi mengunjungi Villa itu bersama dengan Liam. 

"Makasih Pa, Makasih karena akhirnya Papa mau berdamai dan menerima semua ini." ucap Madilyn lirih ke telinga ayahnya. 

"Iya, Papa gak mau kamu sakit hati dan menangis apalagi sampai nekat lagi. Papa sama Mama cuma mau kamu bahagia. Jangan lupa undang Liam kesini untuk makan malam, ada sesuatu yang ingin kami bicarakan, ya?" Madilyn mengangguk setuju karena itu hal yang baik jika mereka mengenal lebih dekat dan akrab. 

Madilyn masuk ke dalam mobil dan menjemput Liam yang sedang berada di apartmentnya. 

"Kamu apa kabar, jangan terlalu lelah dalam mengurus acara ini. Kamu kan bisa minta pendapat aku dan aku akan bantuin kamu." Liam menatap Madilyn cemas, dia tidak mau melihat tunangannya merasa lelah karena persiapan resepsi dan pernikahan mereka minggu depan.

Personal BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang