Polisi yang berjaga pun segera menolong Liam dan mengembalikan Tommy ke dalam sel penjara. Tak lama pingsan, Liam pun sadarkan diri dan segera kembali karena dia ada janji dengan Madilyn untuk memilih souvenir pernikahan serta mencetak kembali undangan mereka karena pernikahan mereka akan dilaksanakan minggu depan.
"Sayang, kamu kenapa kok lebam gitu?" Madilyn yang khawatir melihat Liam keluar dari penjara dan pipinya sudah sedikit lebam, "Gapapa, nanti baikan kok. Maaf ya telat."
"Iya gapapa. Aku gak buru-buru kok. Haha"
Madilyn dan Liam memilih sebuah paket souvenir khusus yang berisi Kaos warna navy, satu box kecil sabun bunga mawar, lilin aroma vanila, parfum aroma mawar serta kartu ucapan warna biru. Vanila adalah aroma kesukaan Liam, tidak adil jika semua isi souvenirnya tema bunga mawar semua seperti tema nikahan.
"Kalau outdoor gak jadi tema horror dong??" Madilyn menatap Liam dengan serius, "Kamu masih mau tema nikahan horror? Horror banget gitu?" Madilyn memelototi Liam yang tertawa mendengar pertanyaan Madilyn.
"Ya kan hemat, gak perlu pencahayaan banyak-banyak." ucap Liam beralasan, "Tema mawar juga ngirit, kan pake sinar matahari."
"Kalau cerah, kalau tertutup mendung gimana? Apalagi hujan?" Liam menyeringai menggoda Madilyn yang semakin kesal dengan ucapannya. "Ya semoga gak hujan. Nanti di villa bikin tema horror tapi, ngeri kayak malam itu. Jangan deh!" Madilyn terdengar trauma mengingat malam itu. Liam pun dengan spontan memeluk Madilyn agar dia merasa sedikit lebih tenang.
Mereka kembali ke rumah dan Liam membantu Madilyn dalam mengatur dekorasi di rumahnya yang akan dijadikan venue. Liam dan Madilyn sebenarnya hanya mengawasi saja dan orang dari wedding organizer yang bekerja memasang dekorasi di sepanjang sudut rumah. Mereka memasang rangkaian bunga mawar yang indah di setiap sudut rumah. Meja dan kursi juga sudah di persiapkan di depan rumah, di aula, di halaman serta di taman untuk para saksi yang hadir dalam janji suci Madilyn dan Liam.
Undangan sudah disebarkan kembali baik secara online dan offline. Madilyn rasanya tidak bisa tidur malam ini karena dia menanti hari besok. Malam ini terasa begitu panjang baik bagi Madilyn maupun Liam. Keduanya sama-sama menatap langit yang sedang cerah dan banyak bintang-bintang bersinar. Mereka berada di tempat yang berbeda dan saling terikat.
"Heh, tidur besok nikah!" perintah Hana yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar Madilyn.
"Kamu kapan, Han?" Madilyn menyeringai menanyakan kapan Hana akan menyusul dirinya untuk menikah, "Kapan-kapan, kali aja aku malam ini tidur terus besok tiba-tiba nikah sama Pangeran kan bisa aja. Gak ada yang tau, kan?" keduanya tertawa mendengar ocehan Hana.
"Makasih, ya kamu selalu ada dan selalu mendukung aku. Aku doain kamu cepet nikah deh."
"Sama-sama. Tidurlah, besok musti bangun pagi, mandi, make-up, pake dress. Ribet." keluh Hana padahal dia ingin sekali merasakan moment-moment seperti itu dalam hidupnya.
"Ya sekali seumur hidup gapapa kali ribet asal gak tiap hari. Haha, capek." balas Madilyn.
"Kamu tidur sana, besok jadi bridesmaid. Bridesmaid aja dulu kali aja ketemu pangeran tamvan terus diajakin nikah. Pinjam penghulu yang nikahin aku juga gak apa-apa kali, Han wkwkw." Madilyn terkekeh mengucapkan itu.
"Selamat malam. Tidur! besok nikah!" perintah Hana sekali lagi sembari menutup pintu kamar Madilyn.
Madilyn mematikan lampu tidurnya akan tetapi, dia masih belum bisa tidur. Dia mengecek ponselnya dan melihat Liam masih online di salah satu aplikasi chat. Madilyn memandangi foto Liam dengan dirinya yang ada di ponselnya. Dia ingin sekali liburan di Maldives untuk bulan madunya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Personal Bodyguard
RomanceMadilyn Mclover bisa mendapatkan segalanya, kehidupannya yang glamour, mewah dan penuh kasih sayang sejak lahir, dia satu-satunya anak perempuan Carl Mclover, seorang penguasaha sukses dengan latar belakang kriminal yang membahayakan keluarganya. D...