Chapter 30: Back to Normal

33 2 0
                                    

Keesokan harinya Madilyn memutuskan untuk kembali ke rumah karena paling tidak Karlina benar tentang orangtuanya yang selalu ada dan mendidik dia menjadi seseorang sampai hari ini. Meskipun, ada rahasia yang tidak terungkap, ada perbuatan masa lalu yang tidak dia ketahui, tetap saja semua itu tak mengubah fakta bahwa orangtuanya telah mendidik dia dan menyayanginya dengan baik. Di balik latar belakang mereka yang Madilyn tidak ketahui, mereka tetaplah orangtua yang sama yang mengajarkan Madilyn banyak hal dan menyayangi dirinya. 

Dia tak ingin kehilangan kesempatan bersama orangtuanya sebelum dia menikah dan sebelum mereka meninggal. Madilyn baru saja menyadarinya betapa arti penting memiliki mereka dalam hidupnya setelah mendengar cerita Karlina. Mungkin juga memang saatnya dia kembali dan bersiap ketika hubungannya dengan Liam diketahui oleh ayahnya. Dia tidak kembali karena uang karena dia juga sudah terbiasa hidup sederhana bersama dengan Farrel akan tetapi, kehidupan glamour dan mewahnya tetaplah hal yang paling menyenangkan. 

Jika mendapatkannya adalah takdir dan sebuah keberuntungan, Madilyn tak ingin semua itu berlalu. Dia juga ingin hidup bersama kekasihnya sampai tua nanti meskipun hal itu terdengar agak tidak mungkin, namun, Madilyn yakin bila suatu hari nanti, akhir perjalanannya akan menemukan mereka kembali dalam titik dimana mereka memulainya. 

"Mama udah masakin sup buat kamu. Oh ya, kamu gak lupa kan tentang surgery di London itu?" Helena menuangkan sup ke dalam mangkuk Madilyn.

"Cancel aja Ma, kapan-kapan ajalah. Lagian gak terlihat juga kecuali pake bikini." 

"Papa senang akhirnya kamu kembali. Papa minta maaf karena kemaren Papa sempat emosi, kalau kamu ingin tau siapa itu Citra, Papa bisa jujur sama kamu." ucap Carl yang menyesali atas perbuatannya hari lalu. 

"Siapa itu Citra, Pa?" Madilyn sebenarnya sudah mengetahui fakta tentang Citra dari Harris akan tetapi, jika ayahnya menceritakan hal yang berbeda, tentu saja dia tak keberatan mendengarkan penjelasan ayahnya. 

"Salah satu teman Papa juga. Gerald mencintai Citra dan Citra mencintai pria lain, Gerald selalu merasa bahwa Papa orang yang Citra cintai dan membuat Citra bunuh diri. Dia saja tidak menikah sampai di akhir hayatnya karena dia masih mencintai Citra. Gerald ada dendam kesumat sama Papa, dia juga ingin tanah di Medan itu, selanjutnya kamu tau kenapa dia ada di balik semua ini." jelas Carl yang sedikit berbeda dengan penjelasan Harris. 

Sekarang semua menjadi masuk untuk Madilyn. Dia tidak bertanya lagi dan penjelasan itu sudah cukup jelas baginya. 

"Kamu maafin Papa, kan?" Carl meraih tangan Madilyn dan menciumnya, berharap putrinya memaafkannya atas apa yang dia lakukan hari lalu. Madilyn menganggukkan kepalanya yang menandakan bahwa dia sudah memaafkan ayahnya. 

"Kapan-kapan kita liburan ke Maldives. Kamu pasti merindukan tempat itu." ucap Carl yang menawarkan liburan ke Maldives.

"Ya tapi, gak di waktu dekat ini. Papa tau kan aku masih sibuk kerja." Madilyn mengangkat alisnya dan mencoba mencari alasan untuk menolak rencana liburan itu. Dia hanya tak ingin pergi tanpa Liam dan dia masih ingin menikmati hari-harinya dengan Liam. 

Madilyn kembali bekerja seperti biasa, dia tinggal di rumah ayahnya dan diawasi serta dijaga oleh Liam yang kadang-kadang dia izinkan untuk menemaninya di ruang meeting. Liam tak pernah menolak perintah Madilyn dan tak akan meninggalkan Madilyn meskipun Madilyn memintanya. Dia siap untuk mati kapan saja demi kekasih yang dia cintai saat ini. 

Ketika kejelasan sudah mengungkap segalanya. Madilyn melanjutkan hubungan rahasianya seperti biasa. Liam juga tak begitu curiga kepada Alvino karena Alvino mengatakan waktu itu dia sedang ngobrol bersama dengan temannya yang bekerja sebagai security dan dia ke hotel hanya untuk bertemu dengan temannya. Liam tak ingin mencurigai Alvino karena pria itu sepertinya mengatakan hal yang sebenarnya. 

Personal BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang