Chapter 42: Attached

37 1 0
                                    

Setelah malam yang panjang tanpa memejamkan mata sekalipun, mereka masih merasakan kebahagiaan yang tiada taranya. Mereka bercanda di setiap detik dan bermain bersama di atas ranjang. Madilyn menikmati saat-saat ini sebelum dia kembali bekerja dan mendapatkan sedikit waktu untuk bertemu dengan Liam. Liam memakaikan sebuah hadiah lain berupa kalung emas yang berkilauan meskipun tidak seperti kalung Madilyn yang bernuansa diamond atau berlian yang terkandung di bahannya. 

"Indah sekali, kapan kamu membelinya?" Madilyn tersenyum memegangi kalung itu, "Kemaren aku sempat liburan ke Norway, aku beli disana. Aku gak betah jauh-jauh dari kamu meskipun itu liburan yang notabennya menyenangkan aku. Hehe." Liam tertawa kecil mengucapkan hal itu. 

"Kapan-kapan kita liburan kesana. Jauh dari pemukiman, keluarga, teman dan lebih dekat dengan alam, pemandangan dan kedamaian. Bukankah itu menyenangkan?" Madilyn memegang erat pinggang Liam, "Tentu saja, jika ada waktu dan kesempatan." jawab Liam. 

"Kita seharusnya istirahat bukan berolahraga, aku sudah cukup lelah, sayang." ucap Liam tersenyum tipis. Madilyn tertawa mendengar jawaban Liam yang sangat-sangat tidak jujur. Madilyn bisa merasakan ketegangan yang berada di bawah sana jauh ketika Liam menciumnya dan tangannya mencoba meraih sesuatu akan tetapi, mendarat di tempat yang salah. 

"Jika hasrat sudah berkata demikian, keinginan tidak bisa ditolak, sayang." bisik Madilyn tepat di telinga Liam yang membuat dia merasa menggigil mendengarnya. Liam tak punya pilihan selain mencium bibir Madilyn yang sudah menginginkan ciuman itu. 

Sedikit demi sedikit, lidah Liam mulai masuk dan mejelajah, Madilyn pun melakukan hal yang sama sehingga terjadi simbiosis mutualisme, saling menguntungkan. Liam mengangkat Madilyn dan menempatkan kakinya di antara kedua pinggulnya. Dia memegangi erat pinggul Madilyn dan lidahnya terus menjelajah masuk, semakin cepat dan melambat. Dia dengan pelan membuka dress warna hijau mint milik Madilyn.

Tangan Liam mulai meraba ke bawah dan mendarat di posisi sensitif yang tepat. Gerakan jarinya yang lembut dan cepat menciptakan ritme kenikmatan untuk suara Madilyn yang mengerang meminta lebih. Sudah basah, itulah yang dirasakan oleh Madilyn. Suaranya semakin mengerang kencang ketika Liam memasukkan kedua jarinya ke dalam. Keluar masuk, seperti hotel.

Liam membuka lacy thong milik Madilyn beserta bra warna hijau dan dia meletakkan kedua tangannya meraba bagian belakang Madilyn. Kedua tangan Liam memegangi pinggul Madilyn dengan erat kemudian mengangkatnya dan meletakkan Madilyn di atas ranjang sprei putih dan cukup tebal. Liam membenci tempat seperti ini mengingat hotel yang pernah tinggali dengan Madilyn waktu itu. 

Liam membuka bajunya dengan cepat, dia juga menurunkan celananya beserta celana dalam dan membuat zakarnya sudah terlihat tinggi dan siap masuk ke kenikmatan surga duniawi. Liam pun segera masuk ketika Madilyn menarik dirinya dan dia dengan pelan menggoda Madilyn dengan menyapu dari atas clit dan kemudian ke bawahnya. Madilyn mengerang dengan lembut.

Liam masuk dengan pelan. Dia mengubah ritme gerakannya pelan-pelan kemudian dengan cepat sehingga Madilyn berpegangan erat ke pinggulnya, "Sudah lama, sekali rasanya." Ucapnya setelah Liam berhenti sejenak dan mengganti posisinya. Miring ke samping kanan. Liam masuk dengan cepat dan menyelesaikan apa yang telah dia mulai. Dia masuk semakin dalam dan semakin melambat yang membuat jantungnya berdebar-debar setelah berolahraga sedikit.

"Aku sangat merindukan kamu." Liam mencium bibir Madilyn. "Aku juga, tapi, kamu tidak akan membunuh aku, kan?" Madilyn menatap Liam dengan serius. Kali ini pertanyaannya membuat Liam sedikit terkejut. 

"Untuk apa aku akan membunuh kamu? Aku selalu takut untuk kehilangan kamu." Liam menyentuh pipi Madilyn. "Kamu berbohong waktu itu dan sekarang bisa saja terjadi lagi, mungkin kamu berbohong dan sebenarnya kamu ingin menyakiti aku karena Sersan tidak bisa jadi, kamu yang harus turun tangan." jawab Madilyn yang memancing emosi Liam. 

Personal BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang