Chapter 9: Orang yang Sama

84 4 0
                                    

"Madilyn!!!" teriak Helena yang tak berdaya menahan putrinya yang pingsan di pelukannya. 

Carl yang melihat itu pun segera mendekat dan menggendong putrinya. Carl membawa Madilyn ke ruangan lain untuk dirawat oleh dokter pribadinya yakni dokter Yasmin. 

"Apa yang terjadi?" tanya Yasmin ketika mendapati Madilyn berada di ruangan. 

"Kami tidak mengerti, tubuhnya tiba-tiba melemas dan pingsan," jelas Helena yang sebenarnya masih panik karena Elton tertembak di 3 bagian di punggungya. 

"Carl, kamu telpon istri Elton dan kembali kesana. Aku tidak bisa melihat dia sekarat seperti itu," ucap Helena panik. 

"Tenangkan dirimu, mereka akan baik-baik saja, akan ku bunuh mereka semua." bisik Carl ketika memeluk istrinya.

"Jangan coba-coba. Sudah cukup tiga kali, sudah cukup!!! Atau anak kita juga akan satu persatu mereka habisi. Kamu tidak melihat sorotan mata Tommy, huh? Sudah cukup, aku tidak akan memaafkan kamu jika sesuatu terjadi kepada mereka, anak-anak kita." teriak Helena memarahi suaminya.

Carl hanya mendengarkan ocehan istrinya yang dia anggap angin lalu. Jika ada yang berani menyentuh keluarganya, maka berarti mereka sudah berani menantangnya. Dia memang terlalu berambisi dan dia adalah pria yang mengerikan. Sebenarnya dalam hati kecilnya dia juga takut kalau suatu hari nanti Madilyn akan mengetahui semua perbuatannya, Madilyn pasti akan membenci dirinya. Namun, bukan Carl namanya sebab hal tersebut tidak akan membuat dia berhenti dari melakukan sesuatu yang perlu dia lakukan untuk membalaskan dendam atas kematian putra bungsunya, Calvin.

Liam berada disana, dia berdiri di hadapan pintu ruangan Madilyn. Meskipun matanya tak sanggup melihat seseorang yang ada di dalam sana sekali lagi tidak baik-baik saja. Perlahan-lahan hatinya juga merasa luluh dan tak ingin jika Madilyn disakiti. Meskipun sebenarnya dia masih gengsi untuk mengakui bahwa dia sebenarnya mulai merasakan sesuatu yang berbeda terhadap Madilyn. 

"Mama, dimana kak Elton?" tanya Madilyn setelah keluar dari ruangan periksa. Dia terlihat baik-baik saja. 

"Dia masih dirawat secara intensif di ruangan gawat darurat. Apa yang terjadi? Siapa pria itu?" tanya Helena yang terdengar mengintrogasi. 

"Tommy Sharvia, seharusnya dia menembak aku. Kak Elton sudah menyelamatkan aku dan aku tidak tau bagaimana caranya melupakan kejadian itu. Andai aku tidak dilahirkan, aku pasti tidak akan melihat semua hal mengerikan seperti itu." Madilyn berjalan sembali bersandar di bahu ibunya. 

"Shhh, jangan merasa bersalah. Jika memang benar itu Tommy maka, dia pantas untuk di hukum." ucap Helena lirih yang mencoba untuk menenangkan putrinya yang perasaannya sedang tidak karuan. 

"Madilyn, kamu baik-baik saja?" Carl memeluk putrinya yang terlihat sedang hancur dan putus asa. 

Wajah Madilyn terlihat sembab karena terus menangis. Bukan sekali dalam hidupnya dia menyaksikan hal yang mengerikan dan dia berharap kali ini apa yang dia lihat tidak memperburuk suasana hatinya yang sudah putus asa karena kematian Farrel. 

Madilyn tidak banyak bicara karena dia masih shock dan terpukul atas apa yang terjadi. Dia juga tidak berharap Elton ada disana dan mungkin lebih baik dirinya saja yang ada disana dan berharap menutup mata selamanya agar dia bisa bertemu dengan Farrel. 

Suasana di rumah sakit tak begitu ramai. Jean masih terlihat shock juga sama dengan Madilyn. Namun, dia tetap terlihat lebih tegar karena dia adalah seorang dokter dan walau bagaimana pun juga pernikahan mereka adalah perjodohan yang terjadi tanpa persetujuan dirinya dan tanpa dasar cinta. Mereka menikah dan terjebak dalam suatu ikatan yang dirinya tak pernah harapkan. Meski begitu dia juga tak ingin kalau suaminya mati terbunuh begitu saja.

Personal BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang