Chapter 27: A Mysterious Guy

33 2 0
                                    

"Pak, saya maunya ke rumah Hana, ini kemana ya?" Tanya Madilyn yang masih bingung kemana supir itu akan membawanya pergi. 

Supir hanya terdiam, setengah wajahnya juga tertutup masker entah apa alasannya karena sekarang corontil sudah tidak ada dan memakai masker juga bukan kewajiban. Entah mengapa supir itu terlihat masih mematuhi protokol kesehatan. Madilyn melihat supir itu menatapnya tajam dan dia curiga kalau supir itu bukanlah supir yang bekerja di rumahnya. 

Madilyn mengirim pesan kepada kakaknya karena dia sedang tidak ingin berbicara dengan Liam. Dan Carlos pasti sedang rapat atau sedang bersama dengan keluarganya. Madilyn tak punya pilihan lagi selain memerintahkan supir itu untuk berputar arah, dia juga tidak mau meloncat keluar mobil karena kini dia takut mati. Walau bagaimana pun juga setelah hatinya hidup kembali dia juga tak ingin membiarkan tubuhnya mati. Kecuali takdir, pikirnya. 

"Pak, tolong ya ikuti perintah saya, bisa saya pecat loh anda nanti." bentak Madilyn kepada supir itu, dia sudah kehilangan kesabarannya. Supir itu berhenti di suatu tempat dan Madilyn segera keluar akan tetapi, dia tidak bisa pergi karena di depannya sudah ada 5 pria yang berbadan kekar yang siap untuk menangkapnya jika sampai dia lari. 

"Kalau kamu pikir bisa lari. Itu hanya di dalam mimpi kamu, Madilyn Mclover." ucap supir itu lirih di belakang Madilyn dengan pisau yang sudah di arahkan di lehernya. 

"Apa mau kamu, huh?? kamu mau uang?? siapa sebenarnya kalian ini?? kalau mau uang katakan saja sekarang!!!" teriak Madilyn yang sudah diselimuti oleh rasa panik. 

"Siapa kami itu tidak penting. Kamu harus membayar dosa-dosa yang sudah kamu lakukan." jawab pria itu yang membawa Madilyn ke suatu tempat di tengah-tengah hutan dan sepi dari pemukiman dan khalayak ramai. Madilyn pasrah kini dan mungkin nasibnya akan berakhir seperti Farrel akan tetapi, dia tidak tau bagaimana caranya melarikan diri apalagi jika di belakangnya ada pria berbadan kekar yang sudah pasti akan menangkap dirinya. 

Madilyn mengikuti pria itu dan dia tidak mengerti tempat apa yang saat ini dia injak. Tempat itu sangat lusuh depannya dan terlihat tak terawat karena itu Madilyn berpikir pada awalnya tempat ini adalah rumah yang sudah tak dihuni. Namun, melihat isi dalamnya, rumah itu penuh dengan foto yang dia sendiri tidak ketahui. 

Terdapat banyak sekali koleksi barang antik yang Madilyn sendiri tidak tau seberapa berharganya barang itu sehingga harus tertutup oleh kaca. Itu hanyalah sebuah gambaran ketika dia masuk ke melewati pintu depan rumah. Ketika masuk ke dalam elevator menuju ruang bawah tanah dia lebih heran lagi ketika melihat kursi yang tertata rapi dan tembok yang di cat berwarna emas persis seperti rumahnya. 

"Sekarang kamu tidak akan bisa lari." ucap pria yang menjadi supir Madilyn. 

Madilyn diikat di sebuah kursi dan mulutnya tidak ditutup. Pria itu mengirim sebuah pesan dan memfoto Madilyn dan sepertinya dia sedang memberikan laporan kepada boss-nya bahwa dia berhasil menangkap sasaran mereka. Madilyn hanya terdiam dan dia sudah lelah bertanya, dia tidak akan di lepaskan. Dia juga sudah menjatuhkan ponselnya di jalanan tadi. Dia tidak memiliki apa pun untuk menghubungi seseorang.

Kalau pun Madilyn membawa ponselnya, sudah pasti komplotan pria itu akan menghancurkan ponselnya dan itu akan buruk karena Carlos tidak akan bisa menemukan sinyal ponselnya yang menunjukkan keberadaanya kini sedang dimana. Karena itu Madilyn hanya bersikap tenang, karena jika Carlos menemukan ponselnya, Carlos pasti akan segera mencari adiknya. Dia hanya sedikit heran apa mau mereka yang sebenarnya jika mereka tidak ingin uang?

"Apakah kamu mencintai Liam?" tanya pria itu menatap Madilyn dengan serius, Madilyn terkekeh mendengar pertanyaan itu, "Apa urusanmu dengan kisah cintaku, supir gajelas." jawab Madilyn santai, "Beberapa orang mengatakan bahwa cinta itu yang bisa menjerumuskan kamu kepada kematian dan ada yang mengatakan bahwa kamu bisa jatuh cinta pada pria yang sama." Madilyn mengernyitkan dahinya mendengar pernyataan itu. 

Personal BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang