Madilyn datang terlambat dan membuat Helena sangat khawatir dengan apa yang terjadi dengan putrinya.
"Madilyn, kamu dari mana? Kenapa kamu gak telpon Mama, huh? Mama khawatir sama kamu." Madilyn hanya meletakkan tasnya dan duduk dengan santai di sofa. Helena pun ikut duduk karena dia masih khawatir dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan putrinya.
"Mana Papa, Ma?" Madilyn justru bertanya dimana ayahnya ketimbang menjawab pertanyaan ibunya.
"Papa baru aja pulang, dia baru aja mandi. Kamu dah makan belum? Kamu makan dulu ya." perintah Helena yang tentu ditolak oleh putrinya.
Madilyn sedang kesal hari ini karena Liam yang menurutnya tidak sopan kepadanya. Dia berpikir seharusnya tidak seperti itu sikap Liam dengan membentak-bentaknya. Dia juga cemburu ketika Liam bercanda dengan Karlina, asisten pribadinya.
Madilyn hanya mengatakan dia baik-baik saja dan sudah mampir untuk makan malam dengan temannya. Dia juga tak mau menjawab pertanyaan ibunya yang sudah pasti akan panjang kali lebar kali tinggi dan tidak ada ujungnya. Dia naik ke lift untuk menuju ke kamarnya. Dia cukup lelah karena dia baru saja diikat dengan ketat. Hal itu membuat beberapa bagian di tubuhnya memerah.
Selain itu, dia juga masih heran dan bertanya-tanya apa yang ayahnya lakukan disana. Mengapa ayahnya kembali dengan emosi dan khawatir seolah pria yang mengancam putri Carl mengarah kepada Madilyn. Apa urusan Carl dengan orang-orang tadi yang salah satunya menangkap Madilyn dan mengikatnya di kandang sapi.
Bukan saatnya mempertanyakan semua itu, saatnya adalah istirahat. Seperti biasa sebelum tidur, Madilyn mandi dan membersihkan diri kemudian menghapus tatanan riasannya. Dia juga menerima telpon Hana di tengah-tengah ketika dia sedang membersihkan riasannya. Hana sudah pasti akan berbicara banyak tentang kekasih atau mantan-mantannya.
"Kamu selalu ngomong seolah mereka itu ada." celetuk Madilyn yang membuat Hana cukup kesal,
"Kenapa mereka tidak ada? Mereka tentunya ada di dunia, tapi bukan berarti mereka mau aku kan." ucap Hana sedih.
Madilyn dengan senang hati menertawakan curhatan sahabatnya.
"Apanya yang lucu sih?" ucap Hana kesal.
"Lagian kamu maunya nikah sama aktor turki, udah jauh mana mereka belum tentu mau kamu." Madilyn tertawa terbahak-bahak dan tak bisa menahan dirinya untuk menertawakan impian sahabatnya yang terdengar tidak mungkin.
"Kalau kamu sendiri gimana? Kalau dilihat dari ekspresi kamu, kamu sepertinya sedang jatuh cinta dengan seseorang, kemaren kan kamu masih sedih pasca kematian-" Hana tak menyebutkan nama Farrel ataupun Elton. Sebagai sahabat yang baik, dia tak ingin jika sahabatnya terus menyalahkan dirinya dan mengingat masa lalunya yang membuat Madilyn sakit hati.
"Aku hanya mengikuti kata hati kecilku," celetuk Madilyn lirih.
Hana terkejut, "Kamu? Madilyn Mclover mengikuti hati kecil? Sejak kapan?" Hana memang tak pernah melihat atau mendengar hal itu. Apapun yang dilakukan Madilyn alasannya selalu realistis dan jelas, kali ini seorang Madilyn mengikuti hati kecilnya. Hana sepertinya salah mendengar.
"Iya, kalau tidak mana mungkin aku membuka hati untuk orang lain. Rahasia loh ya, jangan emberan." ucap Madilyn terkekeh mengingatkan Hana bahwa apa yang dia ceritakan harus dirahasiakan.
"Iya, tenang aja. Aman kok. Sama siapa sih?" Hana bertanya.
"Liam, ah tapi, kayaknya gak lama deh. Bukankah cinta itu memang tidak abadi, cepet datang, cepet juga perginya." giliran Hana yang tertawa mendengar pernyataan Madilyn yang terdengar palsu dan tak mau mengakui bahwa dia sebenarnya sudah jatuh cinta kepada pengawalnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Personal Bodyguard
RomanceMadilyn Mclover bisa mendapatkan segalanya, kehidupannya yang glamour, mewah dan penuh kasih sayang sejak lahir, dia satu-satunya anak perempuan Carl Mclover, seorang penguasaha sukses dengan latar belakang kriminal yang membahayakan keluarganya. D...