"Aku gak apa-apa, aneh aja aku liat pria yang berkeliaran di rumah Papa sekarang baru aja lewat di depan pintu kamar ini." Madilyn melirik ke arah Liam yang mengernyitkan dahinya karena tak begitu paham siapa pria yang dimaksud oleh Madilyn?
"Mungkin kamu salah liat?" Liam keluar ruangan dan melihat di sekitar kanan kiri pria yang dimaksud oleh Madilyn. Liam tidak melihat siapa pun, dia hanya melihat para pelayan hotel yang sedang berkeliling melayani para tamu.
"Gak ada siapa-siapa, udahlah jangan khawatir, ya." Liam mencium bibir Madilyn dan membelai rambutnya. Di tengah-tengah ciuman yang romantis, ponsel Madilyn berdering.
"Halo?" Dia pergi menjauhi Liam dan menuju balkon, "Apa yang terjadi?" tanya Madilyn kepada Harris yang tiba-tiba menelponnya. Liam tak ingin menganggu Madilyn yang sedang fokus mengangkat telponnya, dia duduk di santai di kasur dan membayangkan tentang semalam.
"Kata siapa? bagaimana bisa Citra adalah kekasih Gerald?" tanya Madilyn kepada Harris yang belum jelas sumber dari mana dia mengetahui bahwa Citra adalah kekasih Gerald, "Aku bertemu dengan pria suruhan Gerald yang saat ini bekerja sebagai tukang sapu di jalan. Dia mengatakan asal usul Gerald yang sebenarnya. Dia juga mengatakan bahwa Gerald gila terhadap Citra dan untuk suatu alasan karena Citra mencintai pria lain oleh karena itu, Citra bunuh diri." jelas Harris yang membuat Madilyn percaya kepadanya seketika.
Madilyn membayar Harris bukan dengan harga yang murah. Tugas Harris adalah mencari tau dan melaporkan kepada Madilyn tentang apa yang dia temukan termasuk rahasia ayahnya. Karena itu, Madilyn sangat mempercayai Harris karena Harris juga dilatih untuk menjaga kepercayaan dan menjadi detektif.
"Lalu, apa hubungannya dengan Papa? Gerald mengarang semua itu? Maksud aku tentang Citra yang mempunyai hubungan dengan Papa dan apa sebabnya Gerald sangat memusuhi Papa? Tommy Sharvia juga mengancam hidup kami, apa alasan di balik semua itu?" Madilyn duduk di atas kursi di balkon, jantungnya berdebar dengan kencang menanyakan hal itu.
"Gerald menginginkan tanah yang ada di Medan yang sebenarnya adalah milik Papa kamu, atas dari semua pertengkaran itu, salah satu dari mereka tak sengaja menembak seorang wanita yang sedang melintas di sekitar jalan. Papa kamu tidak memberikan tanah itu dan Gerald ingin mengacaukan semua keluarga Mclover." jelas Harris lagi.
"Kapan itu terjadi?" tanya Madilyn lagi, "Dua tahun yang lalu," jawab Harris.
"Sesudah kematian Calvin." balas Madilyn yang berhenti sejenak dan berpikir serta menciptakan hening dalam percakapannya dengan Harris.
"Jika tidak ada yang ingin kamu katakan lagi, kamu boleh mengakhiri telponnya." ucap Madilyn karena selama dia diam, Gerald tidak mengatakan apa pun. Harris pun pamit dan tidak memberi informasi lain, Madilyn menutup telponnya dan dia menghampiri Liam yang terbaring dan menonton TV.
"Siapa?" tanya Liam
"Bukan siapa-siapa, orang kantor telpon karena ingin aku kerja kembali." Madilyn menatap ke arah Liam yang sepertinya tidak puas dengan jawabannya.
"Lalu, apa yang akan kamu lakukan sekarang?" tanya Liam kepada Madilyn.
"Tidak ada, mungkin kita bisa berjalan-jalan keluar, tapi, aku agak takut kalau kejadian seperti kemaren." keluh Madilyn. Liam mendekap Madilyn dalam pelukannya dan membelai rambut Madilyn yang selalu terasa halus dan wangi di hidung Liam.
"Kan ada aku, kalau kamu mau bersenang-senang. Ya bersenang-senanglah, nikmati kesempatan yang ada, sayang." ucap Liam menyemangati Madilyn yang terlihat tidak mood untuk berjalan-jalan keluar.
"Ya udahlah ke pantai aja sekarang." Madilyn beranjak dari ranjang dan menggandeng tangan Liam untuk pergi ke pantai bersama. Liam yang kini penurut dengan kemauan Madilyn sejak menjadi kekasihnya, dia pun ikut saja pergi kemana pun Madilyn pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Personal Bodyguard
RomanceMadilyn Mclover bisa mendapatkan segalanya, kehidupannya yang glamour, mewah dan penuh kasih sayang sejak lahir, dia satu-satunya anak perempuan Carl Mclover, seorang penguasaha sukses dengan latar belakang kriminal yang membahayakan keluarganya. D...