Chapter 21: Yes or No

69 2 0
                                    

"Iya, karena aku masih merasakan yang sama. Selama aku memberi ruang dan waktu pada diriku sendiri. Perasaanku tetap sama, mencintai kamu apa adanya." Liam tersenyum girang mendengar hal itu. Dia memeluk Madilyn, "Jangan terlalu erat, karena masih nyeri di bawah sana." bisik Madilyn tepat di telinga Liam. 

"Cieeee.." Hana dan Karlina kompak bersorak melihat dua sejoli yang saling mencintai dan kembali melanjutkan hubungan yang seharusnya memang terjalin sejak lama. 

"Nanti aku bilang sama Papa biar kamu tetap kerja jadi pengawalku karena aku gak mau kalau kamu jauh-jauh dari aku," pinta Madilyn, "Akupun begitu, tapi, aku gak yakin Papa kamu mau menerima aku lagi setelah apa yang terjadi." balas Liam pasrah. "Aku paham, tapi, kan aku gak mau kamu jauh, Papa pasti paham." ucap Madilyn ngotot meskipun, Liam merasa tak yakin keinginan Madilyn dapat terpenuhi. 

"Jadi, siapa yang menyerang kamu waktu itu? karena kakak kamu itu menuduh aku yang melakukannya." celetuk Liam tiba-tiba mempertanyakan hal itu kepada Madilyn yang terlihat terkejut seketika mendengarnya. 

"Mmmm, ntahlah aku tidak ingat akan tetapi, wajahnya sangat mirip dengan kamu. Cara matanya menatap aku, tangannya yang hampir mirip dengan tekstur kulit kamu. Liam aku pernah menyentuh kamu malam itu dan kita benar-benar bermain. Jangan kamu pikir aku tidak ingat semua itu." jawab Madilyn santai seolah menyembunyikan sesuatu.

"Are you serious?" Liam menatap Madilyn dalam, dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar dari kekasihnya, "Gak, dia cuma mirip aja. Gak mungkin kamu menyakiti aku kan?" Madilyn menyeringai menggoda Liam yang tersenyum lega mendengar hal itu. 

"Tentu saja tidak, aku akan selalu menjaga kamu sampai kita tua nanti. Aku janji akan selalu ada di samping kamu suka dan duka, karena kamu adalah hidupku, aku adalah tanah tandus tanpa kamu, aku adalah sungai kering tanpa cintamu." Liam menatap Madilyn dan memegang pipinya kemudian mencium keningnya.

Madilyn tidak mendapatkan ponselnya kembali sedangkan, Liam harus pergi karena ada urusan mendadak di kantornya. Dia mengatakan pada Madilyn untuk tidak meninggalkan ruangannya sendirian karena selain keadaanya masih lemah akan sangat tidak aman jika dia keluar dari kamar sendirian tanpa pengawal. Madilyn tak pernah ingin tau urusan Liam di kantor karena Liam memang sedang terburu-buru. Madilyn pasti menanyakannya lain waktu hanya saja tidak sekarang. 

Madilyn hanya memikirkan tentang pria malam itu yang sangat mirip dengan Liam. Apa yang dia deskripsikan sebenarnya memang fakta. Pria itu menutup seluruh wajahnya dengan kain hitam yang hanya memperlihatkan matanya. Entah apa tujuannya akan tetapi, dia hanya menikam Madilyn dalam-dalam. Madilyn hanya merasa pria itu tidak niat membunuhnya karena dia punya kesempatan untuk berbuat lebih dari tusukan di perut Madilyn karena malam itu di parkiran sangatlah sepi dan tidak ada orang yang sedang berlalu-lalang.

"Mad, ini ponsel kamu. Tadi, ada kakak kamu datang kesini dan dia di depan sama polisi." ucap Karlina menyerahkan ponsel Madilyn yang baik-baik saja tanpa adanya kerusakan sedikitpun. 

Polisi bersama dengan Carlos pun segera memasuki kamar Madilyn sesaat setelah Karlina menyerahkan ponsel Madilyn. Mereka jelas ingin menyelidiki tentang kasus yang menimpa Madilyn malam itu dimana seorang pria asing dikabarkan telah menusuk perutnya dan disaat yang sama juga ada kabar mengenai Gerald yang kabur dari mobil yang akan membawa dirinya ke penjara dimana dia akan di eksekusi. 

Polisi yang telrihat gagah serta agak tampan mendekat, "Apakah anda melihat siapa pria yang mencoba membunuh anda malam itu?" tanya salah seorang polisi bernama Abinar. "Tidak, seluruh tubuhnya tertutup dengan kain hitam dan aku benar-benar gak tau siapa dia." ucap Madilyn mengatakan yang sebenarnya. 

"Coba anda ingat-ingat lagi," Madilyn menatap ke atas langit-langit mencoba mengingat siapa pria malam itu akan tetapi, nihil hasilnya. "Tidak ada, saya tidak ingat apa pun lagi." Madilyn memegangi kepalanya yang terlihat pusing oleh Carlos, "Kamu kenapa?" Carlos yang khawatir pun bertanya, "Kalau sudah selesai, silahkan kalian keluar ya!" perintah Carlos kepada kedua polisi yang sedang mengintrogasi adiknya. Karena sudah dirasa cukup, mereka pun keluar dari ruangan Madilyn. 

Personal BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang