36. Penyembuh Luka

1.6K 71 0
                                        

Hai semua!!

Jangan lupa vote dan coment!!

Aku tunggu ketikan manis dari kalian ❤️

*
*
*

Happy Reading!!

Jam menunjukkan pukul 11 malam. Jalan Pahlawan sebagai tempat perjanjian kini sudah terlihat sangat ramai. Semua sudah siap berada di tempat tersebut untuk menyaksikan balap liar. Terutama Geng Arvagos dan Geng Silver. Mereka semua sudah berada di sana, kecuali Anggatha. Entah manusia itu berada dimana. Anak Arvagos pun tidak mengetahui keberadaan ketuaannya itu.

"Kemana bos kalian, kok belum datang?" Tanya Erza menghampiri gerombolan Geng Arvagos.

"Takut sama lo kalik Za" ucap salah satu anak Silver diakhiri tawanya yang meremehkan dan diikuti yang lainnya. Membuat semua anak Arvagos yang mendengar menatap meraka tajam.

Tidak, mereka tidak takut ataupun bukan tidak mau melawan. Tetapi ini belum mulai pertandingan. Bukan saatnya mereka untuk menghabisi anak Silver saat ini juga. Tidak lucu bukan, kalau mereka menang sebelum pertandingan? Mengingat itu, membuat anak Arvagos tertawa di dalam hati.

"Kenapa diam aja? Kalian takut?" Tanya Erza tersenyum miring kepada anak Arvagos.

"Nggak usah banyak bacot lo jadi cowok!" Ucap Jefri menatap dingin Erza.

"Kenapa? Mau lawan lo?"

"Lo nantangin kita? Yakin lo? Nggak takut lo kalau pulang-pulang sekarat?" Ucap Andre dengan tertawa meremehkan dan diikuti dengan anak Arvagos lainnya.

"Nggak usah sombong, gue bakal buat ketua lo itu yang koma, atau..." Ucap Erza menggantung dan tersenyum miring kepada mereka. "Atau bisa aja nggak bangun lagi" lanjut Erza dengan tersenyum. Senyum yang tidak bisa diartikan oleh mereka.

"Nggak kebalik lo ngomong kayak gitu?"

"Lihat aja nanti gimana hasil akhirnya"

Suara mesin motor mengalihkan perhatian mereka semua yang berada di tempat tersebut. Anggatha menghentikan motornya dan melepas helm full face yang ia kenakan. Merapikan rambutnya membuat semua bersorak melihatnya. Terutama para kaum hawa yang selalu terpesona dengan ketampanan Ketua Arvagos itu.

"Sampai juga lo, gue kira lo takut" ucap Erza menghampiri Anggatha dan tersenyum meremehkan.

"Nggak ada sejarahnya gue takut sama pengecut kayak lo"

"Seharusnya gue tanya sama lo, yakin lo sehat kan? Bisa-bisanya ngajak gue tanding balapan" ucap Anggatha tersenyum miring kepada Erza.

"Emang kenapa kalau gue nantangin lo tanding, lo takut kalah dari gue?" Ucap Erza menaikkan satu aslinya dan mengeluarkan smirknya.

"Ternyata belum sadar juga lo, udah berapa kali lo kalah sama gue masih aja nantangin gue"

"Oke, kita buktikan siapa yang bakal menang di pertandingan malam ini" ucap Erza dengan tersenyum kepada Anggatha. Senyum yang tidak bisa Anggatha artikan. Anggatha tidak peduli dengan hal itu. Karena dirinya tau, pasti ia yang akan memenangkan pertandingan malam ini.

Erza berjalan ke arah motornya dan naik ke atas motor merah kesayangannya itu. Menggunakan helm full face miliknya dan menyalakan mesin motor. Sama yang dilakukan oleh Anggatha. Lelaki itu sudah siap untuk bertanding. Sorakan demi sorakan terdengar dengan nyaring. Membuat jalan Pahlawan kini terlihat ricuh dan ramai. Terutama jajaran para cewek dengan pakaian seksinya tak henti-henti memuji ketampanan dua laki-laki itu.

ANGGATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang