26. Jalan Berdua

1.5K 58 0
                                    

Hai semua!!

Aku balik lagii

Sepertinya biasanya jangan lupa vote dan coment ya!!

Aku tunggu ketikkan manis dari kalian!!

*
*
*

Happy Reading!!!

Bahagia itu sederhan. Hanya sekedar melihat tawanya sudah buat gue merasakan bahagia.

- Anggatha Malviano


Jangan mudah terbawa perasaan hanya karena ucapan maupun perilakunya, mungkin kamu hanya satu dari seribu perempuan yang pernah singgah di hatinya.

- Rezila Priscanara

Zila saat ini sedang tiduran di atas kasur kesayangannya sambil bermain ponsel. Gadis itu tengah asik mengscroll halaman Instagram miliknya. Zila sangat bosan, dari tadi yang dilihatnya hanya sepasang kekasih yang sedang hangout bersama. Sedangkan dirinya? Hanya rebahan di atas kasur.

"Ck, nggak ada niatan gitu ngajak gue main?" Decak Zila menatap layar ponselnya.

"Siapa pun deh, gue bosen banget"

Drrrtt drrrtt drrrtt

Suara deringan ponsel mengalihkan perhatian gadis itu. Terlihat nama Anggatha di tampilan layar Zila. Gadis itu mengernyitkan dahinya menatap layar ponselnya bingung.

"Kenapa lagi ni anak nelfon gue malam-malam?"

Zila menarik tombol hijau di layar ponselnya dan mendekatkan ke telinga.

"Halo"

"Halo zilong" ucap Anggatha dengan antusias dari seberang sana.

"Nama gue Zila, bukan zilong!" Ucap Zila dengan penuh penekanan.

"Zila sayang"

"Sayang sayang pala lo!"

"Kenapa hm? Marah-marah terus dari tadi pagi"

"Jangan panggil gue sayang, gue nggak suka"

"Nggak peduli karena gue suka" ucap Anggatha dengan tertawa di seberang sana.

Zila mengembangkan senyumnya ketika mendengar hal itu. Zila tidak munafik, sebenarnya dia sangat senang jika dipanggil seperti itu oleh Anggatha. Sepertinya gadis itu benar-benar sudah jatuh cinta kepada Anggatha.

Tetapi Zila selalu saja menepis tentang prasangka tersebut. Zila ingin mengontrol dirinya dan tidak jatuh terlalau dalam. Zila akan selalu tahu batasan dan tidak akan baper karena ucapan maupun perilaku laki-laki itu.

Bagaimanapun Zila sadar, mereka berdua tidak ada ikatan yang spesial. Hanya sekedar menjalani kesepakatan, hingga kata selesai mengakhirinya.

"Sekarang siap-siap zilong" ucap Anggatha dari seberanh sana.

"Ha? Ngapain siap-siap?" Zila mengerutkan dahinya, bingung dengan ucapan Anggatha.

"Lo gabut di rumah kan? Ayo jalan-jalan sama gue"

"Dih ogah banget" ucap Zila yang sebenarnya dia sangat senang ketika Anggatha mengajaknya keluar rumah.

"Pumpung besok hari minggu zilong, kita main keluar daripada bosan di rumah"

ANGGATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang