Katanya, dijodohkan itu sama dengan musibah. Namun, tidak bagi Maya karena dia jutsru menemukan tambatan hatinya melalui perjodohan.
Maya merasakan cinta kasih yang tulus dan hangat dari Yuda, suaminya yang baru dikenalnya selama satu bulan, itu pun hasil dari perjodohan orang tuanya. Dan ajaibnya, baik Maya maupun Yuda sama-sama mantap untuk meneruskan perkenalan singkat itu ke jenjang yang lebih serius. Sehingga hanya dalam waktu satu bulan sejak perkenalan pertama mereka waktu itu, kini keduanya sudah resmi menjadi pasangan suami istri.
Hingga kini, usia pernikahan mereka sudah melewati tiga bulan. Dan Maya benar-benar merasakan perasaan cintanya pada Yuda terus bertumbuh setiap harinya. Tak jauh beda dengan Yuda. Setiap kali keduanya sampai di rumah—setelah sibuk dengan pekerjaan masing-masing—yang akan menemani mereka sampai malam adalah kehangatan dan cinta kasih keduanya yang dibuai oleh kenikmatan ragawi.
"Mas, aku bersyukur banget bisa nikah sama kamu, lho. Rasanya, semua penantianku sebelum menikah terbayar sudah saat akhirnya aku resmi jadi istri kamu." Maya membisikkan kata-kata itu di telinga Yuda tepat setelah keduanya selesai menuntaskan hasrat cinta mereka. "Aku cinta sama kamu, Mas."
Dengan tubuh yang hanya terbungkus selimut, Maya yang melingkarkan tangannya di dada Yuda semakin lekat menempelkan tubuhnya. Dan Yuda yang mendengar kata manis dari istrinya itu pun langsung mengukirkan senyuman lembut. Seperti biasa, Yuda akan langsung membelai rambut Maya dan mengecup mesra puncak kepala Maya.
***
"Hmm ... kebiasaan nih, pagi-pagi udah senyum-senyum sendiri gitu. Mau sampai kapan sih suasana pengantin barunya? Ini udah hampir tiga bulan loh sejak kamu nikah sama Yuda. Emangnya masih belum bosen juga senyum-senyum gitu terus, May?" Novi—rekan kerja Maya—langsung menyemprotnya demikian, sewaktu Maya baru saja datang dan menempati area kerjanya dengan senyuman lebar dan wajah berbinar-binar cerah.
"Lho, baru juga tiga bulan, Nov, kayaknya satu tahun atau sepuluh tahun juga aku bakalan ngerasa kayak pengantin baru terus deh." Maya menanggapinya dengan santai. Tas kerjanya dia letakkan di salah satu laci meja.
Memang, semenjak rekan kerjanya ini menikah karena dijodohkan, Novi pikir, dia akan sering-sering memberikan penghiburan bila mana rumah tangga yang dijalani Maya tidak berlangsung baik. Namun yang terjadi justru sebaliknya.
"Hmm ... kayaknya cuma kalian berdua deh, yang nikahnya karena dijodohin tapi tingkat kecocokannya kayak udah pacaran bertahun-tahun aja," kata Novi akhirnya. Meja kerjanya yang bersebelahan dengan Maya membuat kedua perempuan itu sering bertukar cerita sebelum fokus pada pekerjaan masing-masing.
"Nah, itu kamu tahu, Nov." Maya tertawa semringah.
"Ya udah deh iya. Sebenarnya emang patut disyukuri juga sih kalau akhirnya kamu bahagia nikah sama Yuda."
"Bahagia pakai banget malahan. Sebenarnya aku nyesel juga sih kenapa nggak dari dulu aja ya aku sama Yuda ketemu, terus langsung nikah gitu. Pasti saat ini anak kami udah bisa masuk SMP."
Novi langsung melebarkan matanya tak percaya mendengar perkataan Maya barusan. "Woy, emangnya kalau kalian ketemu dari dulu mau nikah umur berapa? 13? Gila aja sih sekarang usia kamu juga baru 26 tahun, eh bisa-bisanya malah langsung ngayal punya anak yang udah mau SMP."
Maya langsung tertawa kecil menanggapi protesan Novi. "Ya intinya sih, kenapa nggak dari dulu aja gitu aku ketemu sama Yudanya, kenapa setelah usiaku 26 tahun."
"Emang kamu ini ya, May, bener-bener udah dibutakan sama Yuda. Padahal belum juga setahun sejak kamu putus dari Bagas kan, tapi kayak udah langsung amnesia aja. Sampe nggak inget gimana putus asanya kamu saat Bagas mutusin kamu, bahkan kamu sampai mau nyusul dia segala kan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Harga Untuk Luka
RomanceMaya pikir, pernikahannya dengan Yuda yang diawali lewat perjodohan dari orang tuanya telah memberikan kebahagiaan sejati. Karena Maya benar-benar telah mencintai suaminya sepenuh hati. Namun pemikirannya itu langsung terpatahkan saat Maya mendapati...