Tanpa perlu berlama-lama lagi, dipertemuan ketiganya, Yuda sudah langsung mengajak Maya untuk melangkah ke jenjang pernikahan.
Hanya dengan mengetahui ibunya sangat antusias setiap kali Yuda memiliki janji dengan Maya, rasanya ... Yuda tidak perlu lagi mengulurnya lebih lama. Toh, tidak akan ada yang berubah. Karena pada akhirnya Yuda sudah memutuskan untuk berhenti menjadi egois. Dan satu-satunya harapan yang tersisa hanyalah melihat ibunya bahagia ketika dirinya bisa menikah dengan Maya.
Satu-satunya hal yang membuat Yuda merasa berat adalah saat akhirnya dia harus mengakhiri semua penantiannya akan Amanda. Yuda sudah memutuskan untuk menjadi suami Maya dan akan hidup bersama perempuan itu sampai maut yang memisahkan. Jadi karena itulah, Yuda akan berhenti mencari Amanda, berhenti mengharapkan Amanda kembali, dan yang paling berat dari semua itu adalah ... berhenti menulis email pada Amanda yang sudah rutin dilakukannya selama bertahun-tahun.
Yuda menuliskan email panjang untuk terakhir kalinya sebagai salam perpisahan bahwa dirinya akan memulai hidup baru bersama perempuan lain.
Saat menulis semua email itu, Yuda menangis tersedu-sedu, seolah bagian dari dirinya baru saja dicerabut secara paksa. Namun semua itu sudah menjadi keputusannya demi bisa melihat kebahagiaan di wajah ibunya. Inilah harga yang harus dibayarnya, meski luka yang didapatkan seolah mampu membuat kebahagiaan dalam hatinya menghilang tanpa bekas.
Bahkan di hari pernikahannya, Yuda tak bisa berhenti untuk terus menenangkan dirinya kalau semua ini adalah yang terbaik. Yuda merasa seluruh bagian tubuhnya begitu kesakitan, meski wajahnya berusaha keras untuk terlihat baik-baik saja. Niatnya untuk membahagiakan ibunya, nyatanya tidak cukup untuk membuat Yuda menerima perempuan lain ke dalam hidupnya. Semuanya tetap terasa berat dan menyesakkan.
Apalagi saat semua prosesi pernikahan sudah selesai dilakukan, dan Yuda harus dihadapkan dengan fakta baru bahwa statusnya sudah resmi menjadi seorang suami, Yuda bahkan tidak sanggup untuk menatap mata perempuan yang menjadi istrinya. Pikirannya mendadak kacau, dan hatinya yang remuk sama sekali tidak membantunya untuk pulih. Yuda ingin lari, ingin berteriak keras-keras, ingin meninggalkan semuanya, ingin terbebas dari rasa sesak yang membelenggu jiwanya, namun semuanya tidak bisa dia lakukan.
"Kamu pasti capek kan, Mas? Seharian ini harus nerima banyak tamu. Walaupun kita udah coba buat ngadain resepsi yang sederhana, tapi tetep aja harus berdiri buat nyalamin tamu satu-satu bikin tenaga kita bener-bener terkuras habis."
Awalnya Yuda tidak bisa mencerna kata-kata Maya karena pikirannya masih sangat kacau, tapi saat Maya mengatakannya dengan nada lembut dengan diiringi senyuman, Yuda akhirnya berhasil memahaminya meski tak tahu harus menjawab apa.
"Aku udah siapin air hangat buat kamu mandi, Mas, sekalian baju tidurnya juga udah aku siapin," lanjut Maya lagi masih dengan suara lembutnya.
Yuda menatap Maya dan mencoba untuk berterima kasih karena sudah bersikap baik padanya, namun tidak ada kata apa pun yang keluar dari mulutnya. Entah apa yang ada di pikiran Maya saat itu, hanya saja ... jauh di lubuk hatinya, Yuda sangat berterima kasih karena Maya tidak mengharapkan apa pun darinya di sisa malam pertama mereka.
***
Yuda tahu, tidak ada yang salah dari Maya. Tidak sedikit pun, yang salah sepenuhnya adalah dirinya. Maya justru terlalu baik untuknya yang masih tak juga melepaskan cintanya pada Amanda. Bahkan untuk orang yang tidak pernah menjalin hubungan dengan perempuan lain, Yuda bisa menilai dengan baik betapa Maya tidak memiliki kekurangan sedikitpun sebagai seorang perempuan.
Maya memiliki wajah yang cantik, tubuhnya bagus dan proporsional. Dia juga mandiri, punya pesona yang sangat menarik, pembawaannya juga ceria namun tidak menyebalkan. Bisa dibilang, Maya adalah sosok perempuan idaman kebanyakan laki-laki. Hanya sayangnya, Yuda tidak termasuk ke dalam golongan laki-laki itu. Entah sesempurna apa pun Maya, nyatanya di hati Yuda hanya Amandalah satu-satunya perempuan yang dicintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harga Untuk Luka
RomanceMaya pikir, pernikahannya dengan Yuda yang diawali lewat perjodohan dari orang tuanya telah memberikan kebahagiaan sejati. Karena Maya benar-benar telah mencintai suaminya sepenuh hati. Namun pemikirannya itu langsung terpatahkan saat Maya mendapati...