#4: Bukan Hal Sepele

15.3K 1K 14
                                    

Setelah dari rumah sakit, Maya bergegas pulang ke rumah. Walau sebenarnya dia ingin sekali mendatangi kantor Yuda dan memberitahukan soal kehamilannya secara langsung. Namun, Maya masih bisa menahan diri. Dia tidak mau mengganggu pekerjaan suaminya. Dan memutuskan untuk memberi kejutan saja begitu suaminya pulang nanti.

Mengingat itu, Maya jadi tak bisa berhenti tersenyum. Kali ini bukan hanya dugaan saja, tapi memang sudah resmi kalau dirinya dinyatakan hamil.

"Makasih banyak, Pak," ucap Maya pada sang sopir taksi online begitu tujuannya ke rumah sudah tiba.

"Iya, Mbak, sama-sama," balas sang sopir taksi dengan ramah.

Maya turun dari mobil dan memberikan bintang lima juga tip pada sopir taksi. Setelah itu, berjalan memasuki gerbang rumahnya. Namun Maya dibuat kaget dengan keberadaan mobil suaminya di halaman rumah.

"Mas Yuda udah pulang ya?" gumamnya kaget sekaligus senang. Dengan begini, Maya bisa langsung memberitahu suaminya sekarang juga.

Menyadari itu, Maya cepat-cepat melangkahkan kakinya memasuki rumah. Kabar bahagia ini tidak perlu ditahannya lebih lama lagi. Maya merasa kalau kabar kehamilannya ini seperti sudah diprediksi saja. Karena sebelumnya, ayahnya tiba-tiba ngotot menyuruh ibunya untuk menelpon, sehingga orang pertama yang diberitahu Maya soal kabar kehamilannya adalah orang tuanya sendiri.

Dan sekarang, di saat Maya pikir kalau dirinya harus menunggu sampai suaminya pulang, justru di halaman rumahnya, mobil suaminya sudah terparkir tenang. Maya merasa kebahagiaan seolah berjejalan ingin memeluknya erat-erat.

Setelah Maya berhasil masuk ke dalam rumah, matanya menelusuri keberadaan suaminya barangkali akan berpapasan di ruang depan. Namun, sampai melewati ruang tamu, sosok suaminya tak juga muncul. Hingga tujuan Maya selanjutnya langsung menuju kamar mereka.

Selama berjalan menuju kamar, Maya tak bisa menghentikan senyum di wajahnya. Pikiran Maya seolah telah penuh dengan berbagai adegan untuk memberitahukan soal kehamilannya ini pada suaminya.

Sampai akhirnya, saat tubuh Maya berhasil menyentuh gagang pintu, secara perlahan, Maya membuka pintunya dan bersiap untuk melemparkan diri ke dalam dekapan suaminya. Namun, saat akhirnya pintu berhasil terbuka separuh, senyuman di wajah Maya langsung hilang tak bersisa. Raut wajahnya mendadak keras dan tubuhnya seketika membeku.

Di bawah lampu gantung yang terpasang di langit-langit kamar, juga di samping ranjang yang selalu menjadi saksi bisu percintaan mereka setiap malam, rupanya sudah berdiri sosok yang begitu ingin ditemuinya sedang berhadapan dengan seorang wanita. Dan tak hanya berdiri berhadapan saja, tapi dua sosok yang saling berdiri menghadap satu sama lain itu sedang sibuk berciuman!

Tas yang dipegang Maya seketika saja jatuh tanpa disadarinya, mengakibatkan dua sosok yang sedang berciuman itu menengok secara bersamaan ke arah Maya.

Rupanya, air mata Maya sudah menggenang di balik kelopak matanya, dan hanya butuh sekian detik saja sampai air mata itu jatuh mengaliri pipinya. Saat ini, Maya bisa melihat dengan jelas raut terkejut di wajah Yuda saat laki-laki itu sedang menatap ke arahnya.

Meski kehilangan kata-kata karena terlalu syok, Maya berusaha keras untuk menguasai dirinya yang masih membeku. Hingga akhirnya Maya berhasil memaksa seluruh tenaganya yang tersisa untuk berbalik pergi dan menjauh dari laki-laki yang tadinya teramat ingin ditemuinya itu.

Maya berlari ke luar rumah sampai melewati gerbang rumahnya dan menyetop angkutan umum apa pun yang melintas. Tangisannya tak mau berhenti bercucuran, meski jemarinya terus-terusan mengelapnya. Satu-satunya yang tak bisa Maya keluarkan adalah suara tangis yang tertinggal di tenggorokan. Sehingga menyisakan rasa panas dan pedih yang semakin membuat hatinya terasa begitu kesakitan.

Harga Untuk LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang