#46: Lengkingan Tangis

14.7K 1.7K 213
                                    

Entah apa yang terjadi kemudian-saat Maya langsung melayangkan kalimat protes akan permintaan Mama Dewi yang berharap Maya mengijinkan Yuda melihat Alisha-tiba-tiba saja, bayi mungil dalam gendongan Maya yang tadinya sedang asyik terlelap jadi langsung melengkingkan tangisan yang begitu nyaring.

Tentu saja semua orang yang berada di sana langsung dibuat kaget, tapi Maya sudah tidak berniat untuk meladeni keluarga mantan suaminya itu, dan lebih memilih untuk membawa Alisha ke kamar. Mungkin saja Alisha masih ingin menyusu lagi.

"Cup ... cup... sayang, mau mimi ya, sebentar ya, Sayang, cup ... cup... cup..." ucap Maya sembari menimang-nimang Alisha agar tangisannya berhenti, sementara kakinya terus melangkah menuju kamar. Di belakang Maya, ada Riska yang ternyata juga mengikuti.

Saat akhirnya Maya sudah berada di kamar, Maya duduk di atas ranjang dan meletakkan Alisha dalam pangkuannya.

Namun, meskipun Maya sudah menyodorkan puting susunya ke mulut mungil Alisha, putrinya itu sama sekali tidak mau menyusu, dan terus saja melengkingkan tangisan, entah apa yang sebenarnya diinginkan oleh si bayi.

"Coba aku bantu tenangin ya, May, barangkali Alisha mau diem," tawar Riska yang melihat Maya tampak kebingungan melihat putrinya menangis terus-terusan.

Meski tampak enggan, tapi karena tidak punya pilihan lain, Maya pun bersedia menyerahkan tubuh mungil Alisha untuk digendong Riska. Barangkali Riska yang sudah berpengalaman mengurus dua anak itu bisa mengetahui penyebab putrinya menangis.

Tapi, meskipun Alisha sudah berpindah posisi berada dalam gendongan Riska, rupanya tangis Alisha masih tak kunjung berhenti. Hingga ayah ibu Maya yang akhirnya datang pun ikut mencoba menenangkan cucu mereka.

Namun, sama seperti Maya dan Riska, Alisha tetap saja tidak mau berhenti menangis.

***

Saat mobil yang dikendarai Ratih memasuki halaman rumah Mama Dewi, Yuda yang rupanya sedang duduk di teras, langsung saja berdiri dan tak sabar ingin segera mengetahui seperti apa cerita mama dan kakaknya yang baru saja melihat putrinya.

"Gimana, Ma? Gimana, Ma? Anakku sehat kan, Ma? Wajahnya mirip aku atau Maya, Ma?" tanya Yuda tak sabar dan langsung menghampiri mamanya yang baru saja turun dari mobil.

Mama Dewi sempat mengembangkan senyumannya lebih dulu, sebelum akhirnya mulutnya bersuara. "Iya, Yud, anak kamu sehat. Mata sama hidungnya persis banget kayak kamu."

Hati Yuda langsung dipenuhi oleh kebahagiaan, hingga senyumannya terkembang begitu lebar.

"Oya, Mama lupa belum ngasih tahu nama putri kamu kan." Mama Dewi tersenyum sekali lagi. "Namanya Alisha Azzahra, Pak Satria yang udah kasih nama itu. Cantik kan, Yud?"

Mulut Yuda terbuka dan tampak terperangah mendengar ucapan mamanya barusan. "Alisha Azzahra ya, Ma," binar-binar kebahagiaan tampak jelas dalam sorot matanya. "Nama yang sangat cantik. Aku harus berterima kasih ke Ayah karena udah ngasih nama seindah itu ke anakku."

Yuda masih saja menyunggingkan tampang bahagianya, meski Mama Dewi langsung termenung memikirkan betapa Maya masih sangat berkeras hati untuk tidak mau memaafkan anaknya.

"Coba dong, Ma, aku mau lihat fotonya? Mama sempet videoin juga nggak?" tanya Yuda kemudian yang mulai tak sabar ingin langsung melihat seperti apa rupa putrinya.

Seketika saja, ada denyutan nyeri yang menghantam hati Mama Dewi saat Yuda menagih apa yang sudah dijanjikannya sebelum berangkat.

"Maya nggak ngijinin, Yud, waktu Mbak sama Gita mau motoin Alisha." Ratih yang baru bergabung setelah sempat menggendong Arfan yang rupanya tertidur di mobil langsung memberitahukan fakta menyakitkan itu pada Yuda.

Harga Untuk LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang