#52: Sudah Membuat Sakit?

14.6K 664 143
                                    

Ratih benar-benar tidak bisa mengerti. Kenapa ada orang yang bisa menyimpan kebencian sebegitu dalamnya seperti yang dilakukan Maya pada Yuda? Padahal waktu sudah berlalu begitu lama, tapi justru kebencian itu seolah telah memiliki akar yang menancap kuat hingga sudah berdiri sendiri dengan sedemikian kokohnya.

Apa mungkin selama ini adiknya selalu menerima kebencian semacam itu dari Maya? Apalagi Ratih tahu kalau Yuda selalu pasrah saja dengan apa pun yang dilakukan dan dikatakan Maya. Ah, benar juga, seharusnya tadi ia meremas mulut Maya saja sekalian yang begitu ringannya mengatakan sesuatu tentang kematian. Padahal saat ini, adiknya sedang berjuang keras agar kematian itu menjauh dari kehidupannya. Namun, Maya justru mengharapkan kematian adiknya tanpa sedikit pun memiliki perasaan bersalah.

Ya Tuhan, hanya mengingat hal itu saja membuat amarah Ratih kembali meluap. Mungkin saja menampar pipi Maya tadi sama sekali tidak cukup untuk menggambarkan betapa lancangnya mulut Maya itu. Untunglah saat ini Yuda sedang tidak berada di ruangannya, jadi adiknya itu tak perlu mendengar gelegar amarah Ratih saat mengusir Maya beberapa saat lalu.

Ratih memang baru keluar dari kamar Yuda untuk mengambil sesuatu dan akan kembali ke ruangan di mana Yuda akan memulai tahapan radioterapinya. Bagaimanapun, saat mengetahui Yuda akan dimasukkan ke dalam alat khusus yang bertujuan untuk menjalani sesi terapi radiasi, Ratih tetap saja tidak bisa merasa tenang.

"Aku baik-baik saja kok, Mbak. Walaupun awalnya sempat deg-degan, tapi sebenarnya prosesnya nggak semenakutkan itu kok," kata Yuda menenangkan Ratih. Kemarin, Yuda memang sempat menjalani CT simulator yang tujuannya untuk menyimulasikan diri sebelum dilakukan radiasi pertama. Proses yang sangat penting untuk menentukan volume sasaran radiasi untuk melindungi organ/jaringan sehat lainnya.

Mendengar kata-kata Yuda sebelum memasuki ruang terapi radiasi, entah kenapa membuat Ratih jadi berkaca-kaca. Ratih jelas menyadari, semenjak Alisha lahir, Yuda menjadi jauh lebih dewasa dalam bertindak maupun berbicara, sehingga Ratih sering kali dibuat kagum dengan pengaruh Alisha yang membentuk Yuda menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi sekarang ini.

Meski Ratih sangat tahu, kalau dalam hati adiknya itu, masih tersimpan perasaan untuk Maya seorang, tapi Yuda sama sekali tak pernah berusaha memaksa Maya seperti saat dulu Yuda begitu ngotot ingin Maya segera memaafkan kesalahannya. Yuda hanya membiarkan perasaannya untuk Maya tumbuh dan tersimpan di dalam hatinya saja. Dan hal ini justru membuat Ratih merasa bahwa Maya sungguh tak pantas menerima semua perasaan dan perhatian dari adiknya itu.

Bahkan amat sangat tak pantas! Karena melihat bagaimana karakter Maya yang begitu berkeras hati, Yuda seharusnya mendapatkan perempuan yang jauh lebih baik lagi dari Maya. Yang tidak menyimpan kebencian dalam waktu lama seperti yang perempuan itu lakukan. Yang tidak memiliki dendam seolah-olah kodrat manusia haruslah tidak boleh melakukan kesalahan apa pun.

***

"Gimana, May? Kamu sudah bicara sama Yuda kan? Terus, gimana tanggapan Yuda? Dia setuju kan buat bujuk Alisha?" tanya Bu Rini bertubi-tubi saat menyambut anaknya yang baru saja tiba di rumah.

Sekarang ini, kedua orang tua Maya memang sudah kembali ke rumah. Meski Alisha sama sekali tak mau ikut serta. Sejak Bu Rini membohongi Alisha yang mengatakan Maya sudah pergi padahal sebenarnya masih ada, Alisha benar-benar ngambek pada semua anggota keluarga Maya—bukan cuma pada Maya saja, tapi juga pada opa dan omanya.

Hingga Bu Rini tak punya pilihan lain selain menghubungi Bu Dewi. Meski dengan begitu, dia juga harus menceritakan kondisi sebenarnya yang menyebabkan Alisha marah kepada Maya dan yang lainnya.

Saat Bu Rini menceritakan bagian di mana Alisha begitu marah pada Maya—karena Maya justru membawa Alisha pergi saat mengetahui Yuda sakit—Bu Rini sempat menangkap ekspresi wajah Bu Dewi berubah tegang, seolah-olah ada segenap perasaan yang berusaha ditahannya agar tidak menyembul keluar. Namun meski begitu, sampai cerita selesai pun, Bu Dewi sama sekali tak memberikan komentar apa pun. Bu Dewi hanya langsung bergegas menemui Alisha yang masih mengurung diri di dalam kamar Yuda.

Harga Untuk LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang