"Apa yang terjadi?"
Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Amanda sewaktu Yuda berhasil mendaratkan pantatnya ke atas sofa.
Dua hari yang lalu, saat Yuda berhasil meyakinkan Amanda untuk tinggal di sisinya, maka saat itu pula Amanda harus mencari hunian baru, karena hotel tempat Amanda tinggal selama berada di negara ini bukanlah tempat tinggal dalam jangka panjang. Yuda jelas menyadari itu. Sehingga dengan sigap Yuda langsung menghubungi salah satu pegawai kepercayaannya untuk mencarikan satu unit apartemen fully furnished yang bisa langsung ditempati sesegera mungkin.
Permasalahannya dengan Maya yang belum tuntas menjadikan Yuda tak berani mengajak Amanda untuk tinggal di rumahnya. Terlebih status Yuda yang masih belum jelas, karena mamanya masih belum tahu perihal hubungannya dengan Maya yang sudah hancur. Meskipun jika Yuda mengabaikan soal itu, Amanda pasti tetap akan menolaknya mentah-mentah.
Beruntung, di hari yang sama, pegawai kepercayaannya berhasil menemukan satu unit apartemen yang sesuai dengan keinginan atasannya. Yuda lantas mengajak Amanda untuk menyurvei hunian baru itu setelah mendapat pesan dari pegawainya mengenai lokasi dan tetek bengek lainnya. Dan rupanya Amanda langsung setuju pada pilihan pertama, dan memutuskan tinggal di apartemen itu selama satu bulan ke depan. Amanda berjanji kalau suatu saat nanti ia akan mengganti uang Yuda yang dipakai untuk menyewa apartemennya ini, tapi Yuda menegaskan kalau Amanda tidak perlu memikirkan soal itu.
Saat hari sabtu tiba, Amanda tak bisa mengenyahkan perasaan tidak nyamannya mengingat Yuda harus mendapat kunjungan dari mertua dan mamanya. Juga kenyataan bahwa Maya bersedia untuk tetap berpura-pura menjadi istri Yuda, meskipun kenyataannya perempuan itu sudah pasti sangat terluka oleh semua perkataan Yuda. Dan sakit hati yang Yuda tinggalkan di hati perempuan itu tidak akan sembuh meski Yuda harus meminta maaf berkali-kali.
Bahkan seharian itu, Yuda sama sekali tak memberinya kabar, membuat Amanda merasa gelisah sepanjang waktu, meskipun di hari itu juga Amanda harus berpisah dengan Joe, dan mengantarkan kepergian Joe yang akan kembali ke kampung halamannya dan memberitahukan keputusan Amanda kepada kedua orang tuanya di sana.
Hingga di hari minggu ini, akhirnya suara pintu apartemennya diketuk, dan Amanda tidak sabar untuk segera membukakan pintu yang ia tahu pasti bahwa itu adalah Yuda.
"Apa kunjungan kemarin nggak berjalan lancar?" tanya Amanda hati-hati saat menyadari raut wajah Yuda tampak muram sejak kakinya melangkah masuk sampai duduk di atas sofa ruang tamu.
"Saya nggak bisa menilainya," jawab Yuda dengan ekspresi bimbang.
Amanda yang sejak tadi masih berdiri, akhirnya memutuskan untuk duduk di samping Yuda. "Apa maksud kamu?"
Yuda mengarahkan tatapannya ke wajah Amanda yang terlihat penasaran menantikan kalimat darinya. Namun, Yuda ragu untuk menceritakan soal ekspresi membunuh Maya yang ditujukan padanya kemarin.
"Apa Maya akhirnya mengatakan soal kita pada mama dan mertua kamu?" tebak Amanda merasa tak sabar.
Yuda menggeleng. "Dia justru sangai pandai berakting di depan mereka, seolah kami masih suami istri."
"Lalu?"
Yuda mengusap keningnya. Yang detik itu juga membuat Amanda merenung singkat.
"Apa yang sedang kamu takutkan?" tanya Amanda begitu sebuah kesimpulan tiba-tiba mengumpul di otaknya.
Yuda langsung menatap Amanda tak mengerti.
"Kebiasaan kamu," ucap Amanda pelan. "Gerakan tangan kamu saat mengusap dahi tadi, sama seperti yang selalu kamu lakukan sejak kita masih sekolah dulu, dan itu tandanya kamu sedang dilanda ketakutan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Harga Untuk Luka
RomanceMaya pikir, pernikahannya dengan Yuda yang diawali lewat perjodohan dari orang tuanya telah memberikan kebahagiaan sejati. Karena Maya benar-benar telah mencintai suaminya sepenuh hati. Namun pemikirannya itu langsung terpatahkan saat Maya mendapati...