#9: Penjelasan Akan Dimulai

15.2K 874 30
                                    

Yuda berusaha fokus pada pekerjaannya meskipun perasaannya amat tak karuan. Hari ini, Amanda tak muncul sama sekali di kantornya. Bahkan sejak tadi pagi sampai dengan sekarang siang sudah berganti sore, perempuan jahat itu tidak menunjukkan batang hidungnya lagi.

Apa jangan-jangan dari awal Amanda sebenarnya tidak pernah datang? Semua itu hanya halusinasinya belaka?

"Za, apa dari tadi nggak ada yang nyari saya?" tanya Yuda yang memutuskan untuk keluar dari ruangannya dan bertanya pada Reza, salah satu pegawainya yang sedang bertugas mengedit video.

"Nggak ada, Pak. Emang Pak Yuda hari ini ada janji sama klien?" Reza bertanya balik.

Yuda tidak menjawab, hanya memutuskan untuk berlalu dari hadapan Reza dan kembali ke ruangannya lagi.

"Bodoh! Kenapa saya malah nyari-nyari dia segala sih! Dia itu udah bikin saya menderita bertahun-tahun. Lupain aja perempuan jahat itu, Yuda!" ucapnya merutuki dirinya sendiri. 

Yuda berusaha fokus melanjutkan pekerjaannya dan menghapus semua bayangan Amanda dalam pikirannya. Tidak ada gunanya Amanda muncul, dirinya sudah menjadi suami Maya. Cukup Maya saja yang perlu dia pikirkan. 

***

"Kenapa, Mas? Kayaknya aku perhatiin dari tadi kamu ngelamun terus sih. Ada masalah ya sama klien?" kata-kata Maya yang menyadarkan Yuda akan pikirannya yang masih tertuju pada kemunculan Amanda membuat Yuda jadi sadar.

Saat ini, Yuda memang sedang duduk santai bersama Maya, menikmati acara TV. Namun bukannya santai dan menikmati tontonan, Yuda justru terus saja mempertanyakan alasan Amanda baru muncul saat ini. Dan apa sebenarnya isi amplop itu? Kenapa Yuda harus pergi sebelum mengetahui maksud Amanda menyuruhnya untuk melihat amplop itu?

"Nggak kok, cuma emang ... lagi ada masalah sedikit, tapi bukan masalah yang serius kok," balas Yuda akhirnya. 

Maya mengangguk-angguk kecil kemudian menyandarkan kepalanya ke lekukan leher Yuda. "Minggu depan aku dapet cuti tiga hari nih, Mas, kira-kira kamu ada waktu nggak buat liburan berdua gitu. Ada tempat yang pengen aku tuju soalnya, Mas."

Yuda menelan ludahnya susah payah. Di saat sekarang pikirannya masih terus tertuju pada Amanda. Dan betapa kemunculan Amanda ini sangat di luar dugaan, Yuda sama sekali tak bisa berjanji kalau dia akan mampu menghabiskan waktu untuk liburan sementara dirinya masih ingin menemukan jejak Amanda. 

Tidak mendapat jawaban dari Yuda, membuat Maya jadi menarik kepalanya dan menatap Yuda sembari berkata, "Kalau emang kamu sibuk nggak masalah kok, Mas. Lagian permintaanku itu ngedadak banget sih, pasti nggak bisa nyesuain sama skedul kamu juga kan ya. Lupain aja, Mas, omonganku tadi." Maya mengakhirinya dengan senyuman lembut. Setelah itu kembali bersandar pada tubuh Yuda.

"Memangnya ... kamu mau liburan ke mana?" Melihat cara Maya benar-benar menjaga perasaannya membuat Yuda jadi tak tega untuk mengabaikannya. 

Maya tertawa kecil. "Sebenernya ... pas perusahaan ngadain outing beberapa bulan lalu, aku nggak bisa ikut karena mendadak demam. Jadi, aku cuma denger cerita dari temen-temen kantor aja."

"Outing ... ke mana?"

"Ke Raja Ampat, Mas."

Yuda sedikit terkejut mendengar tempat tujuan yang disebutkan Maya barusan. "Kantor kamu ... ngadain outing ke Raja Ampat?"

Maya mengangguk sembari tertawa kecil. "Sebenernya pas ke Raja Ampat itu nggak diadain setaun sekai kok, Mas. Itu cuma buat staf-staf khusus aja, yang kinerjanya melampaui target perusahaan, jadi stafnya dikasih reward khusus gitu deh."

"Kantor saya paling jauh kalo ngadain wisata cuma disekitaran pulau jawa saja deh kayaknya," ucap Yuda lebih mirip seperti gumaman. 

"Kalau gitu, sekali-kali kamu kasih reward ekstra ke karyawan kamu itu, Mas. Biar kinerjanya makin dimaksimalin. Sebenernya sebelum mutusin ke Raja Ampat itu, ada opsi lain juga sih, kalau nggak salah ke Singapura, tapi ada yang protes karna ribet ngurus ini-itunya. Makanya diputusin ke Raja Ampat aja."

Harga Untuk LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang