#39: Prioritas Saat Ini

14.3K 1K 62
                                    

Yuda akhirnya menghubungi Ratih.

Satu-satunya keluarga yang masih bersedia menjalin komunikasi dengannya hanyalah Ratih seorang. Sepertinya, sosok Ratih sebagai kakak pertama yang memiliki tanggung jawab untuk mengayomi adik-adiknya membuat Yuda merasa begitu terselamatkan.

Bahkan saat dirinya harus menghadapi interogasian polisi yang sama sekali tidak membuatnya tertarik—karena pikiran Yuda penuh dengan sikap Maya yang benar-benar tidak memedulikan kondisinya yang dikeroyok orang, sementara Maya langsung masuk ke dalam rumah tanpa menoleh sama sekali, dan dirinya harus dibawa ke kantor polisi untuk dilaporkan.

Satu nama yang langsung Yuda sebutkan saat para polisi tampaknya sudah bosan dengan kebisuan Yuda adalah nama Ratih. Dan seperti perkiraannya, kakak sulungnya itu langsung datang beberapa menit setelah polisi menelepon. Entah bagaimana, Yuda harus sangat berterima kasih pada Ratih, karena Ratih benar-benar sangat menyelamatkan hatinya yang sudah sepenuhnya terpuruk—yang sempat menganggap bahwa dia telah sendirian dan tak seorang pun akan peduli padanya.

Ratihlah yang menjamin Yuda sampai akhirnya polisi bersedia membebaskannya. Ratih jugalah yang memberinya omelan panjang namun sarat kebaikan, menasehatinya dengan bijak, yang kemudian diakhiri dengan memberinya saran yang sangat menakjubkan hingga Yuda sampai berada di posisi ini.

"Gimana, Mbak?" tanya Yuda dengan suara tak sabar, saat tengah menghubungi Ratih via telepon.

"Seperti biasa, udah diterima Maya dengan sukses," jawab Ratih dengan suara puas.

"Syukurlah..." Yuda menyunggingkan senyuman penuh kelegaan. Wajahnya benar-benar dipenuhi binar-binar kebahagiaan. Sudah dua minggu terakhir ini, Yuda rutin menghubungi kakak sulungnya untuk mengetahui benda/barang apa saja yang sedang Maya inginkan. Lantas, setelah Ratih menyebutkan benda/barang yang dimaksud, Yuda akan serta merta mengunjungi toko yang menjual benda/barang tersebut. Yuda akan memilihnya sendiri dan memastikan kualitasnya haruslah yang paling bagus di antara yang lainnya. Setelah itu, Yuda akan menghubungi jasa kirim instan untuk mengantarkannya ke alamat rumah orang tua Maya.

Semua itu Yuda lakukan saat ucapan Ratih yang bilang kalau dirinya bisa menebus penyesalan yang menderanya melalui tindakan-tindakan, yang tentu saja tidak perlu mengikutsertakan kemunculannya di depan Maya. Kemudian, Yuda jadi punya pemikiran untuk memenuhi semua keinginan Maya yang bisa dibelinya dengan uang, lantas dikirim ke tempat Maya dengan mengatasnamakan Ratih sebagai sang pengirim.

"Cuma Mbak Ratih satu-satunya orang yang ngerti kondisiku sekarang, Mbak. Jadi aku bener-bener mohon sama Mbak. Tolong ... buat aku tetap terhubung sama Maya dengan cara apa pun, karena aku nggak bisa muncul di depan Maya secara langsung," kata Yuda ketika pertama kalinya dia meminta Ratih untuk menjadi penyambung informasi terkait Maya.

Di ujung telepon sana, Ratih langsung mengembuskan napas panjang. Kemudian setelah terdiam cukup lama, Ratih akhirnya memberi angin segar pada Yuda dengan berkata. "Oke, akan Mbak usahakan. Coba sebutin aja apa yang mau kamu tahu tentang Maya."

Mengalirlah rencana-rencana Yuda dengan suara penuh enerjik dan pengharapan yang sangat besar. Bahwa apa pun akan coba Yuda berikan pada Maya juga pada calon anak mereka. Yuda meminta Ratih untuk mencari tahu apa-apa saja yang Maya butuhkan—yang Maya inginkan—kemudian memberitahunya, maka Yuda akan langsung menyanggupinya.

Yang pertama kali Yuda dapatkan dari komunikasinya dengan Ratih adalah susu hamil yang dikonsumsi Maya secara rutin.

"Terus terang, Mbak nggak tahu ke depannya bakal gimana saat akhirnya Maya tahu soal ini, tapi Mbak cuma bisa bilang ke kamu kalau emang kamu pengin berusaha mendapatkan maaf dari Maya, selalulah ingat untuk jangan pernah terburu-buru," nasehat Ratih kala itu, dengan nada penuh keseriusan.

Harga Untuk LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang