Yuda hanya bisa menatap dari kejauhan saat Maya menghadiri sidang kedua gugatan cerainya di pengadilan agama. Yuda tentu saja tidak sebodoh itu menampakkan diri hanya untuk digampar oleh ayah Maya lagi, atau malah kembali akan diteriaki maling oleh Maya.
Tapi saat Yuda melihat ekspresi wajah Maya yang sedang mengatakan sesuatu pada Ratih—sementara Ratih hanya tertawa-tawa saja menanggapinya—saat itu hatinya kembali merasa tenang. Perasaan cinta kasihnya untuk Maya jadi semakin dan semakin bertambah besar saja. Sama seperti perut Maya yang semakin tampak membuncit dibalik blus yang dipakainya. Yuda berjanji kalau dia akan berusaha melakukan apa pun untuk bisa mendapatkan maaf dari Maya.
Benar seperti yang Ratih katakan, prioritasnya saat ini bukanlah terletak pada status pernikahannya dengan Maya, tapi justru terletak pada keluasan hati Maya untuk bersedia memaafkannya.
***
Yuda sudah sangat menanti-nantikan acara tasyakuran empat bulanan kehamilan Maya. Meski Yuda akui, kalau dirinya bukanlah penganut agama yang taat, tapi Yuda tahu persis betapa pentingnya acara tasyakuran empat bulanan itu.
Selama beberapa waktu terakhir, Yuda bahkan mulai menjalankan ibadah lima waktu meski harus dilaluinya dengan susah payah. Semata-mata hanya untuk mendoakan anaknya yang masih berada dalam kandungan agar diberikan kesehatan selalu, termasuk juga mendoakan Maya.
Yuda juga banyak bertanya pada anak buahnya yang sudah punya anak, tentang hal apa saja yang perlu dilakukan saat usia kehamilan akan mencapai empat bulan.
Jawaban dari anak buahnya bermacam-macam. Ada yang memberikan pantangan-pantangan, memberikan saran ini-itu yang tidak akan dipakai karena harus melibatkan Maya, dan yang paling Yuda resapi baik-baik adalah saran untuk lebih banyak berdoa kepada Allah SWT, melaksanakan perintahnya dengan taat, sampai harus mengeluarkan sodakoh.
Perlahan tapi pasti, Yuda benar-benar melakukannya dan mulai menjadi pribadi yang lebih taat pada agama, meskipun tentu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Maya yang sejak menikah selalu mengingatkan untuk shalat.
Yuda mengutarakan semua keinginannya untuk membuat acara tasyakuran empat bulanan Maya pada Ratih. Dan rupanya tak berapa lama, Ratih justru menelepon dirinya dan mengatakan bahwa tasyakuran juga akan dilakukan di rumah mamanya.
Yuda benar-benar rindu sekali ingin masuk ke dalam rumah mamanya lagi. Apalagi saat dia mendengar kalau mamanya tak lagi mengalihkan pembicaraan setiap kali Ratih bercerita tentang Yuda. Mamanya memang masih belum bersedia memberi sahutan apa pun, tapi setidaknya mamanya sudah bersedia mendengarkan cerita dari Ratih, tentang perjuangan Yuda untuk mendapatkan maaf Maya kembali.
"Kamu serius mau pakai jasa desainer terkenal itu, Yud?" tanya Ratih saat keduanya bertemu di sebuah kafe untuk membahas perencanaan acara tasyakuran empat bulanan Maya.
"Serius, Mbak. Aku mau lihat Maya pakai baju terbaik di acara empat bulanan itu," balas Yuda kalem.
"Tapi bukannya kamu juga udah ngeluarin biaya banyak buat pakai jasa EO, Yud?"
Pembicaraan keduanya terputus saat pelayan menghampiri mereka dan mencatat menu apa yang akan mereka pesan. Setelah pesanan sudah dicatat, pelayan pun pergi meninggalkan meja mereka. Pembicaraan pun kembali dilanjutkan.
"Itu nggak seberapa kok, Mbak. Selama ini kan aku nggak pernah kasih tunjangan apa-apa ke Maya, jadi ngeluarin duit segitu buat acara tasyakuran anak kami sama sekali bukan masalah."
"Bukannya kamu juga udah ngeluarin banyak uang buat beliin Maya paket ini-itu? Maya sampai protes lho, Yud, karena katanya kamarnya udah penuh sama paketan, malah katanya lagi ada banyak paketan yang masih belum dibuka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Harga Untuk Luka
RomanceMaya pikir, pernikahannya dengan Yuda yang diawali lewat perjodohan dari orang tuanya telah memberikan kebahagiaan sejati. Karena Maya benar-benar telah mencintai suaminya sepenuh hati. Namun pemikirannya itu langsung terpatahkan saat Maya mendapati...