Yuda tahu kalau dia tidak boleh datang ke pengadilan, bahkan Maya telah repot-repot datang ke rumahnya untuk mengingatkannya bahwa dia tidak boleh hadir pada sidang pertama gugatan cerai yang dilayangkan Maya. Namun, entah kenapa ... rasanya justru teramat berat untuk Yuda turuti.
Jika saja bisa, jika saja ada keajaiban, Yuda ingin sekali membatalkan semua perkataannya waktu itu, ingin kembali melanjutkan pernikahannya dengan Maya. Toh, sejak terakhir kali Yuda mengatakan kata cerai sampai dengan saat ini, status pernikahannya dengan Maya masih dalam masa tunggu (masa iddah). Jadi—dalam keadaan teramat mustahil—Yuda masih bisa rujuk dengan Maya.
Hanya saja Yuda tahu kalau kata rujuk adalah kata yang telah dihapus dari kosakata kehidupan Maya. Sehingga harapan Yuda untuk bisa rujuk dengan Maya bisa dibilang mustahil. Semustahil laki-laki akan melahirkan seorang anak.
Pagi ini, Yuda sudah keluar dari rumah. Dia tahu, kalau dirinya tidak boleh menghadiri persidangan, tapi Yuda tetap ingin datang semata-mata ingin melihat Maya—meskipun hanya akan melihat dari kejauhan. Yuda langsung mengendarai mobilnya menuju kantor Pengadilan Agama.
Begitu sampai di parkiran, Yuda menunggu di dalam mobilnya—menunggu sampai Maya datang. Dia sempat dibuat terkejut saat menyaksikan mama dan kakak perempuannya turut hadir di persidangan kali ini. Mereka langsung berjalan meninggalkan area parkir untuk masuk ke dalam area kantor pengadilan.
Barulah setelah satu jam lamanya diam menunggu, Avanza hitam milik Pak Satria muncul. Menempati sepetak lahan kosong untuk memarkirkan mobilnya.
Hati Yuda mendadak bergemuruh. Rasa bosan yang telah ditanggungnya selama satu jam terakhir untuk menunggu Maya datang seolah telah sirna. Apalagi saat melihat sosok Maya yang dibalut dengan kemeja biru muda, yang memiliki aksen tangan ruffle dipadukan dengan rok berwarna hitam itu keluar dari mobil dengan aura wajah penuh keceriaan. Seolah kedatangan Maya sekarang bukanlah untuk menghadiri sidang gugatan cerai, melainkan untuk menghadiri festival kuliner.
Maya tampak anggun sekali, meskipun perutnya terlihat sedikit menonjol. Meskipun bukan pertama kalinya juga Maya memakai rok, tapi penampilan sehari-hari Maya yang selalu nyaman memakai celana membuat tampilan Maya kali ini terlihat istimewa. Rambut hitamnya dibiarkannya terurai sampai melewati bahu. Senyumnya terus merekah, dan dia berjalan beriringan dengan ibunya, dan juga dengan mantan asisten rumah tangga ibunya yang dulu pernah Maya ceritakan.
Yuda hanya bisa tertegun lama. Menyadari betapa sosok Maya yang ternyata cantik sekali itu membuat Yuda merasa heran. Kenapa selama empat bulan menikah dengan Maya dirinya tidak pernah menyadari betapa Maya memiliki pesona yang sangat memikat? Seolah hanya dengan melihat senyuman Maya saja, hujan pun akan berhenti turun, berganti dengan munculnya pelangi yang indah.
Yuda memukulkan kepalanya pada setir mobil seolah ingin menegaskan kebodohan apa yang telah dilakukannya. Yuda terus membentur-benturkan kepalanya sampai denyutan nyeri itu semakin tak terkendali. Yuda akhirnya berhenti, mengingat tidak ada gunanya untuk menjadi gegar otak sekarang.
***
Maya sangat berharap putusan cerainya akan langsung ditetapkan pada sidang pertama perceraiannya. Tapi kuasa hukum yang dipilih oleh ayahnya mengatakan kalau sangat sulit untuk mewujudkan harapan Maya itu. Pasalnya, hakim pasti akan melakukan upaya perdamaian (mediasi) sebagai tahap awal dilakukannya proses perceraian, meskipun jelas kalau upaya itu akan sia-sia belaka.
Tapi Maya akan bersabar mengikuti semua prosesnya dengan benar. Bahkan saat akhirnya sidang perdana perkara perceraian akhirnya dimulai pada pukul sembilan tepat. Maya dan semua yang mendukungnya berjalan memasuki ruang sidang dengan hati kian mantap.
Sesuai dengan perkataan kuasa hukum Maya, upaya penasehatan dan perdamaian menjadi menu pembuka persidangan. Dan oleh karena Yuda sebagai pihak tergugat tidak hadir, maka prosedur mediasi di pengadilan itu tidak dapat dilaksanakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harga Untuk Luka
RomanceMaya pikir, pernikahannya dengan Yuda yang diawali lewat perjodohan dari orang tuanya telah memberikan kebahagiaan sejati. Karena Maya benar-benar telah mencintai suaminya sepenuh hati. Namun pemikirannya itu langsung terpatahkan saat Maya mendapati...