Maya tak menduga, masa cutinya yang diisi dengan berwisata ke dua kota bersama kedua orang tuanya rupanya juga akan diikuti oleh mama mertuanya.
Kemarin, sepulang kerja Maya memang langsung bertolak ke rumah orang tuanya, lantas mengatakan perihal masa cutinya selama tiga hari, dan ingin mengajak mereka berdua untuk berlibur bersama.
"Lho, terus kenapa kamu malah ngajakin Ibu sama Ayah?" tanya Bu Rini heran, saat anaknya justru mengajak ia dan suaminya untuk berwisata bersama.
"Iya, Bu, soalnya suamiku mendadak ada kerjaan. Jadi dari pada liburannya nggak jadi, makanya aku ajak Ibu sama Ayah aja. Lagian semenjak pensiun kan, Ayah sama Ibu nggak pernah liburan bareng," jelas Maya dengan intonasi lancar.
"Emangnya kerjaan Yuda nggak bisa ditinggal dulu apa, May, sampai suami kamu nggak mau nemenin kamu liburan gitu?"
"Kalau bisa juga Maya nggak bakal ngajakin Ibu kan?"
Bu Rini menghela napas. "Terus emang Yuda ngijinin kamu liburan sementara dia nggak ikut?"
Maya mengangguk. "Malah justru dia yang nyaranin buat ngajakin Ibu sama Ayah lho. Mungkin karena dia nggak enak kali, Bu, udah ngegagalin acaranya."
Bu Rini manggut-manggut mengerti. "Berarti Bu Dewi juga perlu diajakin dong, May."
Maya terdiam. Tidak tahu kalau ibunya akan mengikutsertakan mama mertuanya itu. "Aku belum bilang sih, Bu, tapi kalau Mama mau ikut, berarti ajakin aja yah biar makin ramai."
Dan benarlah, setelah Maya menelepon sekadar basa basi, lantas Bu Dewi langsung tergiur untuk ikut serta, walaupun sempat mengomel lebih dulu karena Yuda tidak bisa ikut dan malah sibuk dengan kerjaan.
Hingga saat ini, Maya beserta kedua orang tua dan mama mertuanya sudah berada di kota Semarang. Maya memang sudah menceritakan perihal agenda liburannya selama tiga hari dengan mengunjungi kota Semarang dan Yogyakarta. Dan mereka setuju. Dengan mengendarai mobil milik Pak Satria, --namun disupiri oleh kenalan Pak Satria-- mereka berlima pun berangkat ke sini sejak pagi-pagi buta.
Setelah sampai di kota Semarang, tempat pertama yang dituju adalah pemandian air panas. Mereka langsung berendam dan menghabiskan selama satu jam penuh di dalam kolam air panas yang juga disuguhi pemandangan alam yang menakjubkan.
"Makasih loh, May, kamu udah ngajakin Mama wisata bareng gini," kata Bu Dewi semringah saat keduanya tengah duduk-duduk santai di salah satu pondok lesehan yang ada di kawasan wisata. Ayah dan ibunya Maya masih ingin berkeliling, sementara Maya yang sedang hamil muda dilarang untuk banyak berjalan, sehingga yang menemani waktu istirahatnya adalah Bu Dewi.
"Sama-sama, Ma," balas Maya sambil tersenyum.
"Walaupun Mama juga masih kesel sama Yuda sih, bisa-bisanya dia mentingin pekerjaan dibanding nemenin kamu liburan."
Maya tertawa kecil. "Kayaknya emang dia yang bener deh, Ma. Soalnya kan emang kerjaan lebih penting dibanding liburan."
Bu Dewi akhirnya ikut tertawa mendengar tanggapan Maya. "Yang jelas sih, Mama sekarang lega banget Yuda udah bisa move on dari masa lalunya."
Maya diam saja. Mungkin menyadari kebungkaman menantunya, Bu Dewi pun jadi melanjutkan.
"Sebenernya ya, May. Mama sempet takut kalau Yuda itu cuma pura-pura nge-iyain permintaan Mama yang minta nikah sama kamu, cuma demi bisa nyenengin Mama aja. Tapi setelah Mama lihat sendiri gimana bahagianya dia udah nikah sama kamu, Mama jadi ngerasa lega banget. Karena Yuda itu sangat sulit jatuh cinta pada perempuan. Dan satu-satunya perempuan yang dia cintai waktu itu justru ninggalin dia tanpa kabar apa pun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Harga Untuk Luka
RomanceMaya pikir, pernikahannya dengan Yuda yang diawali lewat perjodohan dari orang tuanya telah memberikan kebahagiaan sejati. Karena Maya benar-benar telah mencintai suaminya sepenuh hati. Namun pemikirannya itu langsung terpatahkan saat Maya mendapati...