"PAPA MAU nikah lagi?" Suara Bryan meninggi, menatap tak percaya pada lelaki separuh baya di depannya yang ia panggil 'Papa'.
Lelaki itu mengangguk, wajah maskulinnya yang semakin menua namun gagal menghilangkan garis-garis ketampanannya itu terlihat sedikit resah. "Dia orang yang Papa cintai,"
"Terus Mama? Gimana dengan Mama? "
"Mama sudah bahagia di sana Bryan," Papa menggenggam tangan anak lelaki satu-satunya itu erat. "Papa yakin Mama juga setuju dengan pernikahan ini,"
"Darimana Papa tau itu?" Bryan menghentakkan tangan papanya emosi, "Ini baru tiga tahun Pa! Bryan bahkan lebih percaya kalau ada yang bilang Mama pergi ke luar negeri meninggalkan Bryan!" Bryan mengepalkan tangannya menggebrak meja restoran ternama itu. Membuat suara berdenting piring-piring berisi makanan yang baru setengah disantap.
Papa terdiam. Ini juga sulit baginya. Tapi dia juga membutuhkan wanita itu, seseorang yang dapat menemaninya menjalani hari-hari kesepian setelah kematian istrinya.
Papa menatap putranya tenang, mengusap puncak kepala remaja 18 tahun itu. "Tante Lia adalah seseorang yang sangat baik, Bryan. Seseorang yang tepat untuk Papa. Mungkin dia memang tidak sebaik mamamu, tapi Papa yakin dia akan sebaik mungkin menjagamu. Kita bisa sama-sama berbahagia menjalani hari-hari kita, tanpa terbayang-bayang kepergian Mama,"
"Papa emang berniat mau melupakan Mama, ya?" Mata Bryan berkilat emosi. "Mungkin Papa memang bisa, tapi maaf Pa, Bryan ga bisa.. "
Bryan beranjak dari kursinya, tanpa mampu Papa cegah. Saat berbalik, matanya menangkap sosok perempuan setengah baya berdiri di depannya.
Wanita bergaun coklat selutut itu tersenyum manis pada Bryan, terlihat tanpa dibuat-buat. Bryan mengernyit heran melihat keramahan itu, dan menyadari sesuatu setelah Papa beranjak dan berdiri di antara mereka.
"Perkenalkan ini Tante Lia, Bryan," Papa memperkenalkan, lalu berganti menghadap wanita itu, "Ini Bryan, anakku,"
Wanita itu tersenyum amat manis, membuat Bryan mau tidak mau mengakui wajah wanita itu yang amat cantik dan terlihat tulus. Tapi mengetahui kalau wanita itu adalah pengganti mamanya membuat Bryan merasa muak, otaknya mengatakan senyum itu sengaja dibuat-buat.
"Hai Bryan, akhirnya Tante ketemu kamu. Papamu sering cerita ke Tante soal kamu. Wah.. Kamu lebih ganteng dari yang Tante pikir. Harusnya tadi Tante bawa putri Tante juga, dia pasti ga nolak kalau lihat calon kakaknya seganteng ini," Tante Lia bicara panjang lebar sambil mendekat pada Bryan dan mengulurkan tangan. Bryan menepis uluran tangan itu sebal.
"Mohon maaf Tante, tapi saya sendiri juga menolak menjadi kakak tiri untuk anak Tante. Permisi," Bryan berlalu tanpa memperhatikan wajah papanya yang merah padam.
"Bryan! Yang sopan sama orang tua! Bryan!!"
Bryan tak mendengarkan. Bodo amat jadi tontonan pengunjung restoran. Dia berjalan cepat menuju area dimana moge merah kesayangannya terparkir. Setelah naik dan memakai helm merah kesayangannya pula, ia berkendara membelah jalanan padat ibu kota. Meninggalkan papanya yang sibuk berteriak-teriak dari dalam restoran.
***
"Hai Ma," Bryan berdiri di depan sebuah pusara, tangannya bersembunyi di belakang. "Ian punya kejutan untuk Mama,"
"Tada.." Bryan menyodorkan tangannya, menunjukkan buket bunga anyelir berwarna merah yang sedari tadi ia sembunyikan. "Cantik kan Ma.." Bryan berlutut, menaruh hati-hati buket bunga itu di atas pusara.
"Katanya—" Bryan menelah ludah sebelum melanjutkan perkataannya, "Bunga ini punya arti lo Ma." Tenggorokan Bryan tercekat, air matanya merebak. "Anyelir merah berarti—" Bryan tertunduk, tangannya memegang pusara Mama menopang tubuhnya yang terhuyung.
"Artinya.. Aku tidak akan pernah melupakan mu.."Susah payah mengucap, Bryan tak kuasa menahan bendungan air matanya. Di antara pusara-pusara yang membisu, Bryan tersedu sedan, melepas semua beban berat dihatinya lewat air mata yang tak pernah ia tunjukkan pada siapapun termasuk Papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Liar (END)
Teen FictionBryan Lesmana. Cowok paling famous satu sekolah yang kesal bukan main setelah mendengar Papanya akan menikah lagi. Ia pun berencana menggagalkan pernikahan itu dengan mengancam Adinda, calon adik tirinya. Iris Soraya. Terpaksa berpura-pura menjadi A...