44. Aku Suka...

118 4 0
                                    

DUA MINGGU berlalu sangat lambat bagi iris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DUA MINGGU berlalu sangat lambat bagi iris.

Seperti dugaan Dinda, Iris benar-benar payah untuk memulai perkenalkan dengan teman-teman di sekolah barunya. Biasanya berkenalan dengan orang baru adalah urusan Dinda, Iris tinggal memperkenalkan diri sebagai 'temannya Dinda' saja. Sayangnya, kali ini tidak ada Dinda yang bisa membantunya disini.

Iris berjalan gontai sendirian keluar dari area sekolah. Memang sih, ada beberapa teman yang mengajaknya berkenalan, sesekali juga mengajaknya makan siang bersama di kantin saat jam istirahat. Tapi yah, hanya sebatas itu. Setelahnya mereka akan sibuk dengan circle mereka masing-masing, tanpa mengajak Iris tentu saja.

"Makanya Gue tuh udah sering bilang kan, kalo Lo tuh harus lebih ramah sama orang! Jangan sering asyik sama novel-novel Lo sendiri!"

Terngiang omelan Dinda beberapa hari yang lalu saat ia menelepon dan mengeluh.

"Apa Gue ikut pindah aja ya ke Jogja?"

Jelas Iris menolak mentah-mentah ide spontan sahabatnya itu. Tidak mungkin kan ia mengorbankan Dinda hanya karena ketidakmampuannya bersosialisasi dengan orang lain? Iris pasti juga tidak tega membiarkan Tante Lia tinggal sendirian di Jakarta tanpa anak semata wayangnya.

"Udah deh, ini cuma soal waktu kok. Lama-lama Gue juga pasti bisa adaptasi di sini,"

Yah, jelas saja itu cuma kata-kata hiburan yang tidak ada progressnya sama sekali. Buktinya, sekarang saja dia malah berjalan pulang sekolah sendirian alih-alih bersama teman-teman barunya.

"Eh, eh, lihat deh. Itu siapa? Ganteng banget nggak sih?"

"Iya asli, artis bukan sih?"

"Ih, mirip itu! Idol k-pop! Ganteng banget!"

Bisikan-bisikan cewek-cewek di sekitar Iris terdengar keras. Disusul bisikan-bisikan lain dengan subjek yang sama. Bahwa orang yang mereka sedang bicarakan saat ini benar-benar 'ganteng banget'.

Kepala Iris mulai melongok-longok penasaran.
Emang siapa sih cowok ganteng yang dimaksud mereka itu? Emang ada ya cowok yang lebih ganteng dari Kak Bryan?

Tuh kan, Iris memukul kepalanya sendiri menyadari sesuatu. Masa udah sampe sini masih keinget Kak Bryan terus?

Iris menggeleng-gelengkan kepalanya. Hal-hal kecil disekitarnya masih saja membuatnya terbayang akan sosok cowok itu.

Iris melangkah cepat-cepat. Semakin maju, semakin jelas pula ia bisa melihat siapa gerangan cowok ganteng yang sedang berdiri di depan gerbang sekolahnya itu. Beberapa murid perempuan masih berkumpul malu-malu di sekelilingnya, beberapa ada pula yang mengeluarkan handphone. Memotret.

Loh, loh, loh. Iris mengucek-ucek matanya tak percaya. Haha, kayanya mata Gue lagi ngantuk deh. Masa Gue bisa lihat ada Kak Bryan lagi berdiri di sana?

Sweet Liar (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang