"SALSA?" Iris menyebutkan nama gadis yang saat ini berdiri di hadapannya. "Yaampun! Lo tau ya kalo Gue kekurung disini?"
Salsa tidak menjawab. Ia malah menutup pintu yang sudah ia buka tadi hingga berdebam keras.
"Jangan Sa!" teriak Iris. "Pintu ini rusak! Dia suka kekunci sendiri dari luar kalo ditutup!"
Terlambat. Pintu sudah tertutup rapat. Iris terperangah. "Kok Lo tutup lagi pintunya Sa?"
Salsa bergeming. Ia malah menatap Iris santai. Seolah terkunci di ruangan tanpa ventilasi yang jauh dari jangkauan semua orang itu tidak masalah bagi dirinya.
Iris menyadari kalau Salsa bertingkah aneh. "Lo kenap- Aww!" Iris mengaduh karena tubuhnya sekarang terdorong dan menghantam lemari-lemari yang memenuhi ruangan itu.
"Apa-apaan sih Sa? Kenapa Lo dorong Gue?!"
"Apa-apaan?" Salsa melangkah mendekati Iris dengan raut wajah tidak bersahabat. "Bukannya Lo yang apa-apaan? Apa maksud Lo ngambil semuanya dari Gue!"
Iris terbelalak. Baru kali ini Salsa berteriak seemosional itu. Apa ada yang salah dengannya? Apa yang sudah diperbuat Iris sampai membuat Salsa semarah itu?
"Tenangin diri Lo Sa. Jelasin ke Gue pelan-pelan. Gue nggak ngerti maksud Lo apa. Apa yang udah Gue ambil dari Lo? Kalo ada barang Lo yang nggak sengaja Gue ambil, Gue bakalan balikin sekarang juga," Iris mencoba menenangkan Salsa, berharap tatapan membunuh gadis itu akan padam.
"Serius? Lo serius bakal balikin apa yang udah Lo ambil dari Gue?"
"Kalo itu hak Lo dan emang punya Lo, Gue bakal balikin! Masalahnya sekarang Gue nggak tau barang apa yang Lo maksud itu!"
"Bener ya.." Salsa berjongkok, matanya lurus menatap mata Iris yang tubuhnya jatuh bersandar pada lemari gudang. "Gue mau Lo balikin Bryan ke Gue,"
"Hah?!" Dahi Iris berkerut. "Bryan? Maksud Lo Kak Bryan?"
"Ada lagi Bryan di sekolah ini selain dia?" Salsa masih menjawab dengan nada dingin. "Gimana? Bisa Lo balikin dia ke Gue?"
"Kenapa Kak Bryan jadi milik Lo?" Iris tidak mengerti. "Maksud Lo apa sih!"
"Masih belum ngerti juga?" Salsa memutar bola matanya kesal. Ia mengeluarkan sesuatu dari balik saku roknya. Sebuah benda berkilau yang membuat Iris terbelalak ngeri.
"Buat apaan pisau itu?! Buang Sa! Bahaya!" Iris mencoba memundurkan badannya lagi, meski sia-sia karena punggungnya sudah mentok mengenai lemari.
"Lo pengen tau kan Ris, siapa orang yang selama ini ngirimin Lo surat-surat ancaman itu?" Salsa menjeda kalimatnya sambil mengarahkan pisau pada telapak tangannya. "Gue Ris orangnya! Gue yang ngirim Lo surat-surat tinta merah itu! Gue juga yang udah ngirim foto-foto kencan Lo sama Bryan ke anak mading! Gue juga orang yang ngirim Lo surat berdarah terakhir kali! Tapi emang dasar Lo sialan! Kenapa nggak kapok-kapok walaupun udah Gue kasih peringatan berkali-kali! Lo secinta itu sama dia sampe rela ngorbanin nyawa Lo?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Liar (END)
Teen FictionBryan Lesmana. Cowok paling famous satu sekolah yang kesal bukan main setelah mendengar Papanya akan menikah lagi. Ia pun berencana menggagalkan pernikahan itu dengan mengancam Adinda, calon adik tirinya. Iris Soraya. Terpaksa berpura-pura menjadi A...