30. Pilihan Buruk

139 4 0
                                    

ADA DUA kejadian paling menegangkan yang setidaknya pernah terjadi dalam hidup Iris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ADA DUA kejadian paling menegangkan yang setidaknya pernah terjadi dalam hidup Iris. Pertama, saat ia berpura-pura jadi Dinda ketika MOS sekolah lalu. Kedua, saat ia laporan pada orangtuanya kalau handphonenya rusak setelah adegan jambak menjambak dengan kakak senior pemuja Bryan. Dan kejadian saat ini, mungkin jadi yang ketiga kalinya.

Iris masih membungkam mulutnya rapat-rapat, menghindari tatapan penuh penasaran Mbak Desainer Luna Brides yang sedang menunjuk-nunjuk dirinya.

"Bener kan? Yang kemarin nyobain gaun disini?"

Iris menggeleng kuat-kuat. Please mbak, pura-pura nggak tau aja! Please!

Tapi harapan Iris sama saja maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai, alias mustahil. Satu-satunya keajaiban yang paling mungkin hanya berdoa semoga Mbak Desainer berambut keriting itu terkena amnesia mendadak.

"Ya kali, Mbak!" Tanpa disangka-sangka, Dinda menyambar galak. "Ini tuh sahabat saya, bukan pacarnya si sialan itu!"

Mbak Desainer menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal mendengar umpatan Dinda. Wajahnya masih menyiratkan ketidakpuasan, tapi melihat wajah Dinda yang sudah seperti singa hendak menerkam mangsa membuatnya urung membuka mulut lagi.

"Udah deh mbak, mending urusin gaun pesenan saya aja, ketimbang nuduh ya nggak-nggak!" Dinda mendengkus keras-keras. Mbak Desainer mengangguk canggung, akhirnya beranjak pergi setelah kembali memastikan pesanan gaun Dinda. Daripada kena serangan bom nuklir dari pelanggan kan, bisa repot nanti.

Fyuhhh.. Iris menghela nafas diam-diam. Selamet Gue..

Diliriknya Dinda yang masih memberengut, entah kenapa tuduhan Mbak Desainer barusan malah membuatnya lebih kesal dibandingkan Iris sendiri. Iris mencolek-colek bahu sahabatnya itu pelan, "Udahan yuk," ujarnya sembari menunjuk pintu keluar, tanda mengajak pulang.

Dinda menoleh, ia terdiam lama sembari memandangi Iris lekat-lekat. "Bentar deh,"

Entah apa yang dilakukan Dinda selanjutnya, yang jelas cewek itu sekarang tengah mengacak-acak tas kecilnya seperti mencari harta karun tersembunyi. Iris tidak terlalu memperhatikan, Ia masih sibuk tolah-toleh dan memastikan rambutnya menutupi wajah.

"HAH?!" Teriakan Dinda berikutnya membuat Iris berjengit.

"Kenapa sih, Din?"

"Pantesan Mbak Desainer bilang Lo mirip sama ceweknya si psikopat itu, ternyata kalian emang beneran mirip!" tukasnya sembari menunjuk layar handphone yang sekarang menunjukkan foto Bryan dan 'pacarnya'.

"Liat tuh, tinggi badannya, posturnya, emang mirip banget Ris!"

Mata Iris membelalak. Tangannya refleks merebut handphone Dinda. "Ngapain sih liatin beginian?!"

"Gue kan cuma memastikan aja," Dinda menjawab enteng. "Lagian kok Lo panik sendiri sih?"

"Ya.. itu kan.. Karena gue kesel udah dituduh yang nggak-nggak! Sekarang Lo malah memastikan seolah Gue emang beneran tersangkanya!"

Sweet Liar (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang