12. Kafe

346 16 0
                                    

Pagi!

Minggu pagi enaknya update, wkwk

Udah siap?

Kasih api dulu buat menambah emosi Bryan
🔥🔥🔥

Jangan lupa dikasih es buat nambahin kesabaran Iris
❄❄❄

Cekidot


"BENERAN LO nggak kenapa-napa Ris?" Dinda bertanya kesekian kalinya pada Iris, sepanjang pelajaran hingga kelas berakhir.

"Its okay, Din. Gue nggak kenapa-napa. Lihat nih, nggak ada yang kurang dari Gue," Iris juga menjawab entah keberapa kalinya, menenangkan Dinda.

"Sumpah, kakel yang tadi keliatan aneh banget. Kenapa coba manggil Lo pake teriak-teriak segala kalo cuma mau ngajak kenalan?"

"Yah.. Mungkin.. cara dia ngomong emang kaya gitu?" Iris beralasan. Dia memang mengaku pada Dinda kalau Tia tadi hanya minta kenalan saja, supaya Dinda tidak khawatir berlebihan.

"Eh, udah bel nih, pulang yuk," Lanjutnya mengalihkan topik pembicaraan.

"Bareng Gue aja, Gue dijemput," Tawar Dinda.

"Eh, nggak usah," Tolak Iris halus. "Rumah kita kan lawan arah, Gue juga mau mampir dulu soalnya,"

"Toko buku lagi?"

Iris hanya mengangkat bahu. Tersenyum.

"Temenin nggak nih?" Dinda tetap keukeuh menawarkan tumpangan.

"Nggak usah, pulang sana. Hush, hush," Usir Iris.

"Ye.. Lo kira Gue anak ayam pake di hush hush? Ya udah Gue pulang duluan ya,"

"Iya.. Ati-ati.."

Dinda melambaikan tangan sembari berjalan menuju gerbang tempat maminya menjemput. Sementara itu, Iris sibuk menguncir kembali rambutnya yang agak berantakan. Bercermin pada kaca jendela kelas.

"Yaelah.. Ngapain Gue ngaca segala sih.." Iris merutuk kelakuannya sendiri yang mulai terasa abnormal. Padahal biasanya mau rambutnya acak-acakan kaya singa juga dia nggak peduli, kenapa sekarang cuma mau ketemu sama Bryan aja dia harus keliatan rapi?

"Ya kan.. Mau ke kafe, nggak enak dong kalo rambutnya berantakan," Elak Iris, entah kepada siapa. Setelah puas menatap bayangannya pada kaca jendela, buru-buru ia berlari menuju terminal bus.

***

Bryan sedang meminum ice americanonya saat seorang cewek berseragam SMA lengkap datang tergopoh-gopoh membuka pintu kafe. Membuat lonceng kecil yang memang didesain berbunyi saat pelanggan datang itu bergerincing nyaring. Bryan yang semula santai, otomatis memasang muka masam. Kuda-kuda. Harus begitu biar yang melihatnya takut. Terintimidasi.

Sweet Liar (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang