28. Pemilik Akun Anonim

134 5 0
                                    

HARI MASIH PAGI, dan Iris sudah menghela napas berat kesekian kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HARI MASIH PAGI, dan Iris sudah menghela napas berat kesekian kali.

Kok ya, nih orang nggak ada kapok-kapoknya sih?

Iris meremas jengkel kertas yang menjadi sumber mood nya terjun bebas pagi ini. Surat ancaman sialan!

Setelah beberapa minggu tidak menerima surat-surat itu lagi, rupanya sang pengirim surat sialan tidak membiarkan hidup Iris tenang barang sejenak. Buktinya pagi ini, Iris sudah menemukan kertas yang lagi-lagi ditulis dengan cat atau entah apapun yang berwarna merah, ditaruh di dalam lokernya.

Iris tidak mengerti. Padahal beberapa kali ia sudah mengganti kunci lokernya, tetapi masih saja kebobolan.

Emang kurang kerjaan banget nih orang.

Iris hendak mengumpat, beruntung ia sadar kalau teman-teman sekelasnya sudah mulai datang.

Sabar Ris, sabar. Orang sabar nggak banyak hutang, Ia menenangkan diri sendiri.

Iris tidak banyak berpikir seperti kali pertama ia mendapat surat itu, dirinya sudah lama menyerah untuk menaruh curiga pada siapapun orang dibaliknya, takut stres sendiri.

Gadis itu pernah berfikir untuk melaporkannya pada Guru, karena merasa ancaman itu sudah membuatnya resah. Tapi, bagaimana kalau ternyata laporannya malah menjadi bumerang untuknya sendiri? Bagaimana kalau seandainya identitasnya yang berpura-pura menjadi Dinda ketahuan, alih-alih menemukan siapa pelakunya? Iris mengacak-acak rambutnya frustasi. Udahlah Ris, nggak usah terlalu dipikirin, anggep aja orang iseng.

Meski berpikir begitu untuk menenangkan diri, Iris tetap mengatakan perihal surat ancaman itu kepada orang yang paling ia percaya. Siapa lagi kalau bukan Reksa Primadi? Cowok itu sudah membuktikan kepercayaannya dengan tidak memberitahukan identitasnya pada Bryan sampai saat ini. Begitu juga soal perjanjiannya dengan Bryan pada Dinda.

"Lo udah sering dapet surat kaya gini?" cowok berkacamata itu menatap lamat-lamat Iris, sebelum menekuri kembali kertas yang diberikan Iris beberapa saat yang lalu.

"Sekitar.. tiga kali?" Iris menjawab sembari agak berpikir.

"Dan Lo baru bilang sekarang?" Reksa menggelengkan kepala. Ia melepas kacamata, memperlihatkan bola mata hitam legam yang tersembunyi dibaliknya. "Kok bisa sih?"

"Ya.. Saya kira ini cuma surat iseng aja Kak. Gertakan atau apalah, yang nggak terlalu penting. Makanya saya nyoba nyelidikin sendiri, tapi ternyata.. saya nggak nemu siapa orangnya sampe sekarang,"

Iris bisa mendengar Reksa mendengkus pelan, lalu bibirnya sedikit bergumam, "Ini sih udah bener-bener keterlaluan,"

Iris mengangguk, setuju dengan pendapat Reksa.

"Tapi kaya ada yang aneh deh," Reksa berhenti sejenak untuk mendekatkan kembali kertas itu ke hidungnya, memastikan indera penciumannya sendiri. "Kertasnya bau amis nggak, sih?"

Sweet Liar (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang