PUKUL 23:00
Iris masih duduk di atas kursi meja belajarnya sembari menulis sesuatu di atas buku tulis. Lampu kamarnya sudah ia matikan, hanya tersisa lampu belajar di atas meja sebagai satu-satunya pencahayaan.
Sandy. Iris menulis nama itu. Kakak kelas tiga yang juga ketua fanclub Bryan, pastinya punya dendam kesumat pada Iris karena rambut hasil salonnya rontok setelah ia jambak. Dia adalah suspect pertama yang Iris curigai sebagai orang yang membuntuti dan meneror Iris dengan kertas-kertas itu.
Lalu Tia. Anggota OSIS yang juga fans Bryan. Salah satu orang yang entah bagaimana menjadikan Iris sebagai musuh alami. Bisa jadi Tia adalah suruhan Sandy, atau malah dia sendiri yang berinisiatif meneror Iris gara-gara kejadian terakhir kali.
Belum lagi anggota geng Sandy dan Tia, yang masing-masing berjumlah tiga orang. Meskipun mungkin cuma jadi suruhan, enam orang itu tetap jadi tersangka yang patut Iris curigai.
Iris menelungkupkan kepalanya di atas meja. Gila, Gue sekarang punya delapan musuh. Iris membuka kertas yang sudah lecek karena ia remas-remas tadi. Kertas yang ditulis dengan cat merah dan berisi ancaman kepadanya.
"Kenapa genre hidup Gue jadi horor begini sih?" Iris mengacak rambutnya frustasi.
Ting! Ting! Ting!
Notifikasi pesan masuk berbunyi beruntun. Iris menbuka laci meja belajarnya, meraih handphone di dalam sana.
Jangan diangkat
Woy
Lagi apa Lo?
Masih hidup nggak?Nah, ini dia biang keroknya! Iris mendengus jengkel. Kalau saja dia tidak menuruti Bryan, kalau saja dia tidak takut dengan ancaman Bryan, kalau saja dia nggak membuat perjanjian itu, kalau saja dia nggak pura-pura jadi Dinda, kalau saja..
Jangan diangkat is calling...
"Astaga.." Iris buru-buru meredam suara dering handphone di bawah buku tulis. Ia melirik ke arah pintu kamar, takut orang rumahnya terbangun karena suara itu.
"Kenapa Kak?" Bisik Iris beberapa saat setelah menekan tombol hijau.
<Oh, masih hidup?>
"Ya masih lah Kak, emang Kakak kira saya udah mati?"
<Ya bagus deh kalo gitu, Gue nggak perlu nunggu besok buat ngomongin ini>
Iris menghela nafas kasar, "Tapi ini udah jam 11 malem loh Kak.."
<Besok kita pergi ke Luna Brides. Gue punya rencana baru> Bryan pura-pura tak mendengar protes Iris.
"Harus banget ya Kak kita pergi berdua?" Iris menggigit bibir, sembari tangannya meremas-remas kertas.
<Lo kan asisten Gue, masa asisten nggak ikut bos?>
Gue digaji berapa sih jadi asisten Lo? Ingin rasanya Iris mencakar wajah Bryan saat itu juga, tapi apa daya cowok itu jauh di seberang sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Liar (END)
Teen FictionBryan Lesmana. Cowok paling famous satu sekolah yang kesal bukan main setelah mendengar Papanya akan menikah lagi. Ia pun berencana menggagalkan pernikahan itu dengan mengancam Adinda, calon adik tirinya. Iris Soraya. Terpaksa berpura-pura menjadi A...