Bryan Lesmana. Cowok paling famous satu sekolah yang kesal bukan main setelah mendengar Papanya akan menikah lagi. Ia pun berencana menggagalkan pernikahan itu dengan mengancam Adinda, calon adik tirinya.
Iris Soraya. Terpaksa berpura-pura menjadi A...
Setelah berminggu-minggu tidak ada kabar, akhirnya aku memutuskan untuk update lagi!
Semangat! 💪😖
Aku bener-bener mengapresiasi kesetiaan kalian dalam menunggu karya author pemalas ini
Dan baca chat kalian yang ternyata sangat menanti-nanti update an cerita ini bikin Author terharu bangettt 🥺
Semangatin Author terus ya readers!
Kawal sampai tamat!
Love ya all
😘
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"DINDA," Bryan mempercepat langkah mengejar Iris yang sudah berjalan jauh di depannya.
"Dindaaa.." panggilnya dengan nada jail.
Iris melipat tangannya kesal. Bryan sejak tadi tak henti-henti menggodanya.
"Kak, bisa diem nggak?" gerutu gadis itu jengkel. "Saya mau pulang aja deh kalo gitu,"
"Dih, kok ngambek?" Bryan menepuk-nepuk kepala Iris sembari sedikit membungkuk, membuat tingginya sekarang sejajar dengan gadis di depannya. "Gue kan cuma bercanda,"
"Nggak lucu tau," Iris masih bersungut-sungut.
"Iya.. Iya.. Sorry ya...." Bryan menjeda lama perkataannya. Sebelah alisnya terangkat jail "..car.."
"Tuh, kan!" Iris menepis tangan Bryan yang masih bertengger di atas kepala. "Tau gini mending saya tadi tidur di rumah!"
"Loh, loh, mau kemana?" Bryan membuka kakinya lebar-lebar, mensejajarkan langkahnya dengan Iris yang sudah melangkah entah mau kemana.
"Pulang!"
"Kan motor Gue di sana.."
"Emang siapa yang mau pulang bareng Kak Bryan? Saya bisa pulang sendiri,"
"Oke, oke," Bryan menghadang Iris. "Gue tau Lo nggak bakalan mau Gue anterin pulang. Tapi setidaknya biarin Gue anterin Lo sampe ke halte. Gue harus tanggung jawab dong setelah bawa anak orang pergi seharian,"
"Nggak usah repot-repot,"
"Yaampun, cewek tuh kalo ngambek bikin pusing ya," Bryan menatap gemas Iris yang masih memberengut sembari melipat tangannya. "Tapi kalo marahnya gemesin gini nggak papa deh,"
