37. "Halo, Dinda Palsu.."

167 5 2
                                    

Hai gaes

Aku kembali.. 😄😄

Bantu author untuk cek typo yaa

IRIS BERJALAN menuju kelas dengan raut wajah tertekuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

IRIS BERJALAN menuju kelas dengan raut wajah tertekuk. Entah mengapa, sejak pembicaraan pindah ke Jogja waktu itu, hatinya terasa berat sekali untuk melangkah. Dia sudah bernegosiasi pada Ibu dengan berbagai alasan, tapi memang tidak ada cara lain selain yang Ibunya sarankan.

Saat melewati beberapa kelas, Iris menyadari tatapan para siswi yang terlihat menusuk. Beberapa orang malah terang-terangan berbicara keras-keras. "Oh jadi ini orangnya.."

"Parah banget sumpah,"

Dahi Iris sepenuhnya berkerut. Ini perasaannya saja, atau cemoohan mereka memang tertuju padanya?

Iris memilih tak menggubris omongan itu dan tetap berjalan menuju kelasnya berada.

"Astaga!" Iris terlonjak kaget saat seember tepung jatuh di atas kepalanya. Sekarang badan dan wajahnya benar-benar penuh dengan tepung.

"HAHAHAHAHAHA!" gelak tawa membahana dari dalam kelas. "Rasain Lo!"

"Makanya jangan ganjen-ganjen jadi cewek!"

"Huuuuuu!!"

Sorak-sorai teman-teman sekelasnya membuat Iris bingung bukan main. "Apaan sih?! Maksudnya apa?! Kenapa Gue disiram tepung kaya gini?!"

"Lah, lagaknya masih aja sok polos," Rinai berjalan mendekati Iris dengan gaya pongah. "Masa harus Gue jelasin lagi sih? Bukannya Lo yang paling tau ya soal rencana busuk Lo itu?"

"Rencana?" Iris balik mendekati Rinai yang sudah melipat tangannya. "Rencana apa yang Lo maksud?!"

"Yaelah, masih aja ngeles," Rinai memutar bola matanya, kemudian ganti mengarahkan pandangannya pada Dinda. "Kayanya harus Lo deh yang jelasin,"

Dinda tak bergeming. Dia masih terdiam di bangkunya dengan tatapan dingin. Sama sekali tidak terganggu melihat Iris diperlakukan sedemikian rupa.

"Din," Iris mendekati Dinda setengah berbisik. "Ini maksudnya apa sih? Rencana apa yang mereka maksud?"

Dinda masih tak bersuara. Tapi tatapan dinginnya membuat Iris khawatir. "Din?" cicitnya. Iris mencoba meraih bahu Dinda untuk meminta jawaban, tapi sentuhan itu langsung ditampik Dinda dengan kasar.
"Jangan sentuh Gue, sialan." Umpat gadis itu kemudian. Iris serta merta terbelalak. "Apa—"

"Duh gini aja deh timbang lama!" Rinai sudah berada di antara mereka, menginterupsi percakapan. "Sekarang, Lo ngaku aja deh sama kita semua disini. Kita-kita udah pada tau kok kalo ternyata selama ini Lo itu ngaku-ngaku jadi Dinda buat godain Kak Bryan, yang ternyata calon kakak tirinya si Dinda kan?"

"Hah?!" Mulut Iris ternganga. "Maksud Lo?!"

"Yaelah, kurang jelas omongan Gue?! Kita udah tahu semua kebusukan Lo Iris Soraya.. Bahkan kepura-puraan Lo selama ini yang maksa Dinda buat tukeran nama demi deketin Kak Bryan!"

Sweet Liar (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang