33. Firasat

112 4 2
                                    

—Selamat ulang tahun yang ke 18, Kak Bryan Lesmana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat ulang tahun yang ke 18, Kak Bryan Lesmana.
Apa yang saya kasih ke kakak sebagai kado ulang tahun memang nggak seberapa harganya, tapi saya harap pesan dan harapan saya akan tersampaikan di benda yang saya buat ini.
Ini namanya dreamcatcher atau penangkap mimpi.
Menurut kepercayaan suku Indian, benda ini dipercaya bisa menangkap mimpi baik dan membuang mimpi buruk. Saya harap, Kakak akan terhindar dari mimpi buruk dan bisa terus berbahagia dengan mimpi baik.
Sekali lagi selamat ulang tahun Kak, semoga sehat selalu

BRYAN MASIH berguling-guling di kasurnya sembari berulang kali membaca selembar kertas di tangan. Mulutnya mengulum senyum salah tingkah. Pada jendela kamarnya, tergantung dua buah bandul berwarna hitam dan kuning, hadiah dari sang pengirim surat.

"Baca lagi ah," Bryan kali ini mengambil posisi tengkurap, membaca kembali kata demi kata dengan hati berbunga.

Aneh memang, padahal isi surat itu sama sekali tidak menunjukkan pernyataan cinta atau semacamnya, tapi hati Bryan terasa membuncah bahagia setiap kali membacanya.

"Telpon aja kali, ya.." Bryan tersenyum sendiri membayangkan omelan cewek itu di seberang telepon.

"MAKSUDNYA?!"

Bryan mengurungkan niatnya saat mendengar suara Papa yang meninggi dari lantai bawah. Segera saja ia beranjak dari tempat tidur dan melihat apa yang sedang dilakukan papanya dari lantai atas.

"Tunggu. Jadi maksud kamu, ada orang yang minta kalian rubah desain gaunnya atas nama saya? Yang bener aja dong!"

Gaun? Alis Bryan berkerut. Jangan-jangan..

"Ya seharusnya kalian lebih profesional lagi lah, bisa-bisanya kalian rubah desain gaun seenaknya tanpa konfirmasi dulu ke saya?! Sekarang gimana coba, kalian mau tanggung jawab kalo pernikahan saya batal?!"

Bryan buru-buru kembali masuk ke dalam kamar. Setelah memastikan pintu tertutup rapat, ia tertawa kecil.

"Yes!" pekiknya senang. "Rencana Gue akhirnya berhasil,"

BRAKK!!

Belum selesai Bryan merayakan upacara kemenangannya, pintu kamar tiba-tiba terbuka dengan keras. Papa masuk dengan raut wajah tidak bersahabat.

Bryan terlonjak kaget, menatap Papa dengan raut kebingungan.

PLAKK!

Hening. Bryan bisa merasakan pipi kirinya berdenyut dan memanas. "Apa—"

PLAKK!

Kali ini pipi kanan. Kedua pipinya memanas bersamaan.

"Anak kurang ajar! Begini cara kamu bersikap sama Papa?!"

Byan memandang Papa dengan tatapan tajam.
"Maksud Papa apa?!"

"Kamu pikir selama ini Papa nggak tau?! Orang yang bisa ngakses Blackcard Papa cuma Papa sama kamu! Kamu juga yang batalin reservasi venue, kan?! Sekali kamu berulah, oke! Papa nggak masalah! Papa pikir kamu bakalan lebih dewasa. Tapi sekarang, kamu sampai minta desainer ngerubah gaun Mama kamu?! Ini namanya udah keterlaluan!"

Sweet Liar (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang