19. Janji

149 7 0
                                    

"OKE MBAK, jadi nanti untuk bagian bawahnya ditambahkan model ruffle seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"OKE MBAK, jadi nanti untuk bagian bawahnya ditambahkan model ruffle seperti ini. Untuk lengannya begini.."

Sayup-sayup Iris bisa mendengar suara Bryan yang berbicara serius dengan desainer Luna Brides.

"Tapi kalau pakai model seperti ini, agak kurang cocok dipakai Nyonya Lesmana yang umurnya sudah kepala empat Mas," Mbak Desainer menyanggah pendapat Bryan.

"Calon istri Papa saya itu punya jiwa muda Mbak, jadi nggak usah khawatir. Saya cuma mau yang terbaik untuk calon ibu saya,"

Iris sudah menguap lebar untuk ketiga kalinya. Sekarang topi, kacamata dan maskernya sudah kembali ia pakai. Ia tengah menunggu Bryan yang entah sedang mendiskusikan apa disebelahnya. Matanya mulai terasa berat.

"Oke, jadi yang itu aja. Jangan lupa nanti—" perkataan Bryan terpotong saat cowok itu merasa ada sesuatu yang berat di bahunya. Iris sudah jatuh tertidur dan tidak sadar menyandarkan kepalanya di bahu Bryan.

"Saya lanjutkan," Bryan memelankan suara. "Kita harus rahasiakan ini dari Papa saya. Saya mau beri kejutan untuk mereka,"

"Tapi Mas," entah mengapa, Mbak Desainer juga turut berbisik. "Pak Lesmana sudah—"

"Saya tambah dua kali lipat," Bryan mengacungkan Black Card. "Percaya kan sama saya?"

Semua orang di sana saling pandang, lalu mengangguk ragu-ragu.

***

Iris melepas kacamata, merasakan hawa panas di sekitarnya. Wajahnya berkeringat banyak.

"Hmm..." Ia bergumam pelan. Agak kesusahan melepas masker dengan mata terpejam. Sebuah tangan terulur, membantu Iris melepas maskernya. Iris tersenyum lega. Sekarang hawa dingin dari AC menerpa wajahnya.

"Nyaman ya tidur di pundak Gue?"

"Iya.." Jawabnya lirih. Masih tidak menyadari apa yang terjadi. Beberapa saat kemudian, matanya terbuka lebar.

Sebentar, dia sedang mencerna situasinya. Ia tadi bosan setengah mati saat menunggu Bryan berdiskusi dengan Mbak Desainer, lalu akhirnya ketiduran. Sekarang, dia sudah bangun. Masalahnya, kenapa kepalanya bersandar di bahu Bryan?

Gila Lo Ris! Rutuknya pada diri sendiri. Sekarang dia harus bagaimana? Bangun kemudian meminta maaf atau tetap pura-pura tidur seolah tidak terjadi apa-apa?

Iris memejamkan matanya saat kepala Bryan menoleh. Oke, sepertinya opsi kedua lebih baik.

"Lo mau sampe kapan pura-pura tidur begitu? Nungguin pundak Gue copot?"

Mampus.

Iris beringsut dari pundak Bryan, kembali duduk dengan kepala tertunduk.

"Wah gila.. Satu jam jadi bantal sakit juga pundak Gue," Bryan tampak memijit pundaknya sembari melirik Iris. "Udah sampe mana mimpinya?"

Sweet Liar (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang