Di meja makan itu dia insan manusia sedang duduk bersama melaksanakan kegiatan sarapan paginya. "Mas.." panggilnya, Abyan menaikkan alisnya 'apa' .
"Aku mau tanya. Kok kamu gak pernah ketemu lagi sama duo sahabat kamu, pak Dion dan Pak Rifki?" Tanya Qamira yang sontak saja membuat Abyan berhenti menyuap makanan.
Gadis cantik itu menunggu jawaban dari lelaki yang berstatus sebagai suaminya.
"Apa Mas lagi ada masalah diantara mereka?" Tanyanya lagi yang masih penasaran. Abyan menghentikan aktivitas makannya dan sedikit membatik sendok yang dipegangnya.
"Bisa tidak kamu gak usah bahas apa-apa!!" Bentaknya yang sontak saja buat Qamira terkejut.
"Saya lagi makan dengan tenang, kamu malah bahas soal itu! Saya jadi gak selera makan lagi!" Suaranya meninggi, setelah mengatakan itu Abyan berlalu pergi meninggalkan Qamira yang masih mematung di tempatnya.
Tanpa sadar setetes air mata jatuh, lalu dengan segera ia menyekanya dengan cepat. Ia harus tegar, kenapa juga sampai harus membentaknya cuma gara-gara bahas soal sahabat suaminya. Qamira jadi curiga, mereka pasti ada apa-apa.
Setelah menyelesaikan sarapannya, gadis itu pun berjalan ke luar menunggu taksinya datang.
Tiba-tiba sebuah mobil yang dipastikan taksi yang dipesannya lewat handphone. "Dengan mba Qamira?" Tanya supir taksi itu.
"Iya," ucapnya dengan tersenyum lembut, lalu ia masuk kedalam taksi itu.
~~~~
Di suatu ruangan yang diisi oleh beberapa orang yang sedang melakukan rapat kerja. Tapi sedari tadi, sang pemimpin rapat malah tidak fokus apa yang disampaikan. Melainkan sibuk sama pikirannya sendiri. Dalam benaknya, dia memikirkan tentang kejadian tadi pagi sewaktu sarapan. Qamira membahas hal yang menyinggungnya beberapa hari terakhir ini.
Abyan selalu berfikir apakah dia merasa bersalah kepada sahabatnya, sebab dia telah menghancurkan usaha Rifki yang memang menyukai Qamira sedari awal. Sungguh dia memang tidak pernah mengetahui tentang itu!
Pria itu menengok ke arah Qamira yang sedari tadi memang memperhatikan apa yang disampaikan. Tapi dari sorot matanya, terlihat seperti habis menangis. Apakah karena bentakannya tadi pagi ya?
"Pak Abyan!?"
"E-eh iya?!" Kagetnya dan langsung ditatap aneh oleh mereka semua termasuk Qamira.
"Gimana pak?" Tanya orang tersebut. Abyan sedikit gelagapan, karena dia dari tadi tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh karyawannya itu.
"O-oh itu.. kamu berikan saja konsep yang kamu buat tadi, nanti saya pahami. Soalnya saya lagi tidak fokus, maaf." Jawab Abyan lalu meninggalkan ruangan tersebut. Membuat semua karyawan menatap kepergian Abyan dengan beribu macam pertanyaan yang mereka ingin lontarkan, Qamira pun sama dia heran apa yang membuat Abyan tidak bisa fokus bekerja?
Setelah berdiskusi yang cukup lama, mereka akhirnya meninggalkan ruangan meeting. Sedangkan Qamira, dia memilih untuk merapikan meja dulu dan pergi untuk kembali bekerja kembali.
Sementara itu, Abyan tengah mengacak-acak rambutnya frustasi. Dia antara bingung dan bertanya-tanya mengapa dia sekarang menjadi cowok yang paling brengsek! Sudah merusak persahabatan, juga sudah menyakiti hati perempuan yaitu istrinya sendiri. Walaupun bukan soal luka fisik, tapi hati kalau sudah tersakiti pasti sakitnya akan lebih dari itu.
Drrrtttt. Handphone nya berdering, lalu dia mengangkat teleponnya.
"Waalaikumsalam, kenapa Ma?" Ternyata yang menelponnya adalah Mama nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Mr. Boss! [END]
Spiritual[Follow sebelum membaca ya] Suatu hari, Qamira yang ingin memulai interview kerja di sebuah perusahaan, namun sialnya ia bertemu pria yang menurutnya aneh sewaktu di bis trans. Dan siapa sangka, ternyata si 'pria aneh' itu ialah merupakan direktur...