Part 20| Dating

9.1K 444 0
                                    


•Happy reading•

>•<


Pagi-pagi sekali Qamira sudah bangun bahkan dari subuh dia sudah bangun terlebih dahulu untuk melaksanakan sholat, karena Abyan yang memang masih belum mau. Yaudah dia bangun sendiri habis itu beberes rumah dari mulai nyapu, ngepel lantai dan sekarang ia sedang nyuci baju.

Mumpung suaminya belum bangun, jadi dia belum buat sarapan dan lebih milih buat nyuci terlebih dahulu.

Setelah selesai nyuci baju dan menjemurnya, ia berjalan ke arah dapur untuk bikin sarapan. Dan entah kebetulan atau apa, tapi si tuan rumah sedang berjalan menuruni anak tangga dan melangkahkan kakinya ke dapur. Lalu duduk kursi meja makan sambil perhatiin Qamira yang lagi bikin sarapan untuknya. Geer!

Ia menguap lebar, mungkin masih ngantuk kali. Oh ya setelah Mama nya menginap Minggu lalu, mereka berbeda kamar lagi. Sebenarnya si, ia mau-mau saja mereka satu kamar lagi. Tapi, pria itu gak mau ambil resiko kalo semisalnya dia khilaf. Siapa juga yang gak tahan satu kamar sama perempuan, apalagi dia kan masih pria normal lainnya.

Sarapan pagi hari ini terasa khidmat tidak ada yang membuka suara. "Ra..." Panggilnya, Qamira menoleh ke arah suaminya.

"Kalo semisal saya sudah cinta sama kamu gimana?" Tanya Abyan dengan sedikit penasaran. Qamira terkejut sampai ia tersedak saat meminum air putih. Lalu mengerjapkan matanya dan menghela nafas panjang saat pertanyaan random yang terlontar begitu saja.

"Ya... gak gimana-gimana. Tapi aku mau mendapatkan cinta dan kasih sayang yang tulus, tidak ada keterpaksaan. Sebab, aku tidak suka laki-laki yang suka berbohong kepada perempuannya" tuturnya yang membuat Abyan bungkam akan setiap katanya.

"Tapi kalo mas cinta sama aku, ya.. aku bersyukur karena suami yang aku cintai ternyata mencintaiku juga" sambungnya sambil tersenyum manis. Setelah berkata seperti itu, Qamira membawa piring dan gelas kosong ke wastafel untuk dicucinya.

Sementara itu Abyan menatap kosong ke depan. Kenapa setiap ucapan gadis itu, selalu tepat sasaran dan membuat hatinya sakit juga berdebar secara bersamaan. Please, pernikahan ini bukanlah karena perjodohan atau pernikahan kontrak antara bos dan sekretaris! Melainkan pernikahan yang didasarkan atas taruhan yang dia dan Dion buat.

Tapi kenapa masalahnya jadi serumit ini sih! Bahkan lebih sulit daripada memikirkan tentang investor yang memutus kerjasama begitu saja.

"Daripada melamun sendiri, mending mas siap-siap. Mandi gitu, nanti aku siapin bajunya" suruhnya pada sang suami yang masih duduk dalam diam. Setelah mendengar suruhan istrinya itu, Abyan bangkit berdiri lalu pergi ke kamarnya untuk bersiap-siap berkunjung ke rumah mertuanya.

Qamira memandang kepergian suaminya dengan tatapan nanar.

~~~~

Mereka sudah tiba di rumah kedua orangtuanya Qamira, dan disambut dengan hangat oleh mereka. Bahkan Qamira saja tidak mau melepaskan pelukannya pada sang umi. Abyan yang melihatnya pun merasa terharu, mereka melepas kerinduan setelah satu bulan mungkin tidak ketemu. Ya.. walaupun hampir tiap hari video call, tapi rasanya berbeda dengan bertemu secara langsung.

Abyan berbincang-bincang dengan ayah mertuanya di halaman belakang rumah. Sementara itu dua wanita yang berbeda generasi pun lebih milih berbincang di ruang tengah, dengan segala pembahasan yang tidak jauh dari rumah tangga mereka juga kegiatan sehari-hari.

Setelah cukup berbincang-bincang, akhirnya Qamira memutuskan untuk pergi ke kamarnya yang ada di lantai atas. Dan membuka pintu kamarnya dengan pelan, lalu ia masuk kedalam.

Hello, Mr. Boss! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang