*Happy reading*
*
Q
&
A
*Selama Abyan di rumah sakit, Qamira yang selalu merawatnya. Makan harus di suapi, seperti anak kecil sih, tapi ya mau bagaimana lagi. Pria yang tidak ingat umur sama sekali itu, menginginkan menjadi seorang anak kecil. Padahal dianya saja sebentar lagi akan menjadi seorang ayah.
Dan hari ini, Abyan sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Keadaannya pun sudah membaik dari sebelumnya. Tau gak, pulangnya ke rumah siapa? Ya ke rumah mereka lah. Fandi-Abi nya Qamira awalnya bersikap sangat dingin dengan Abyan. Tapi entah angin dari mana, beliau mulai bersikap biasa lagi di depan menantunya. Biarlah dirinya melihat putrinya bahagia bersama suaminya, lagipula mana tega ia membiarkan cucunya tumbuh tanpa seorang ayah.
Mereka berdua diantar oleh Rayyan yang kebetulan sedang tidak pergi ke kampus. Rayyan melirik sinis dua orang yang tidak tau malu sekali, bermesraan didepan orang jomblo. Tenang saja, sebentar lagi dirinya juga akan lulus dan mencari pasangan hidup yang dirasa cocok dengannya.
"Apa, kamu lihat-lihat kakak sinis begitu? Iri? Cepetan nikah aja sana!" Qamira mencoba mengejek adiknya yang selalu saja menatap mereka sinis, tidak suka, dan ditanggapi dengan senyuman tipis dari suaminya.
"Sabar, ya Allah." Gumam Rayyan sembari mengalihkan pandangannya ke jalan.
Setibanya di rumah yang menjadi saksi bisu pernikahan mereka, Qamira memandang rumahnya dengan tersenyum lembut. Ia begitu merindukan rumah ini, dan hari ini alhamdulilah bisa kembali lagi ke sini. Lalu mereka pun masuk kedalam rumah setelah membuka pintu yang sudah lama terkunci.
Qamira dan Abyan pergi ke kamar mereka dilantai atas, sementara itu Rayyan memilih duduk di sofa ruang tengah sambil memainkan ponselnya. Tetiba di kamarnya, ia melihat ke seluruh penjuru ternyata tidak ada yang berubah. Masih tertata dengan rapi, tapi sepertinya pengharum ruangannya sudah habis. Nanti ia ganti dengan yang baru.
"Kangen ya, sama suasana kamar? Saya malah tidak pernah lagi tidur disini," celetuk Abyan yang sontak saja membuat Qamira menoleh kearahnya dengan tatapan bertanya.
"Karena saya tidak mau terus menerus ingat sama kamu, karena saya juga harus fokus dalam bekerja. Jadinya ya, terkadang saya tidur di ruang kerja atau di sofa." Ucap Abyan yang seolah menjawab pertanyaan dalam hatinya.
"Maaf udah bikin Mas jadi begini, ini semua salah aku." Lirihnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Abyan mendekat kearah istrinya, kemudian memeluknya dari samping. Sebab tangannya masih terasa sakit, jadi pelukannya hanya menggunakan satu tangan. "It's ok. Lagipula saya juga alhamdulilah sekarang sehat-sehat aja, setelah dirawat sama kamu." Balas Abyan sembari meletakkan dagunya di pundak Qamira.
"Tapi, ada yang lebih kangen dari aku tau."
"Siapa?"
"My baby." Abyan seketika tertawa kecil, lalu tangannya mengusap perut istrinya dengan lembut.
"Oh iya, my baby minyak telon kangen sama Papa nya." Ucapan itu lantas mendapat cubitan di lengannya.
"Ish! Bercanda terus, kapan seriusnya sih."
"Kan, saya sudah seriusin kamu. Masa harus diseriusin lagi, mau nikah dua kali?"
"Tuh kan! Tauk ah, nyebelin banget."
"Iya, iya. My baby A aja, bukan my baby minyak telon." Ucap Abyan dengan sedikit serius, dikit ya tidak seluruhnya.
"My baby A, ya. That's good!"
Dan panggilan resmi untuk bayi mereka adalah, My baby A. Ini kayaknya sedikit spoiler untuk nama anak mereka, tapi kita tunggu saja siapa nama anak mereka dan apa jenis kelaminnya. Kalau cowok ya, pasti ganteng kayak Papa nya. Tapi kalau cewek, ya cantik seperti Mama nya. OK, let's just wait.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Mr. Boss! [END]
Spiritual[Follow sebelum membaca ya] Suatu hari, Qamira yang ingin memulai interview kerja di sebuah perusahaan, namun sialnya ia bertemu pria yang menurutnya aneh sewaktu di bis trans. Dan siapa sangka, ternyata si 'pria aneh' itu ialah merupakan direktur...