Part 44| Runtuh

8.8K 356 0
                                    


*Happy reading*

*
*
*

Sesampainya di rumah sakit, petugas medis dengan segara membawa Qamira dengan menggunakan brankar menuju ruang UGD. Dengan tangan yang bergetar, pria itu menelpon orang tua wanita itu terlebih dahulu.

"Assalamualaikum, Ma."

"Waalaikumsalam, nak."

"Ma, saya mau kasih kabar ke Mama, kalau Qamira baru saja mengalami kecelakaan."

"Apa?! Qamira kecelakaan? Inalillahi ..."

"Saya harus bagaimana Ma, Qamira harus berjuang sendirian demi keselamatannya, juga anak kami. Saya tidak sanggup dengan kejadian ini, saya merasa gagal sebagai seorang suami."

"Nak, kamu cukup mendoakan mereka saja. Insya Allah, istri dan anak kalian akan selamat dan sehat kembali. Yang kamu butuhkan saat ini, hanyalah meminta pertolongan Allah dengan cara sholat di atas sajadah."

"Baik, Ma. Terima kasih atas pencerahannya."

"Iya, nak. Sama-sama. Yasudah, ini Mama sama Papa mau berangkat menuju rumah sakit. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Tut

Setelah itu, ia menelpon orang tuanya. Mereka sama terkejutnya, pasalnya tidak ada angin tidak ada hujan. Tiba-tiba saja mereka mendapatkan kabar yang tidak mengenakkan, apalagi soal menantu dan calon cucu mereka.

Ngomong-ngomong, soal hubungan dirinya dan sang Papa sudah membaik sejak beberapa bulan lalu. Dengan mudah Abyan memaafkan semua kesalahan Papa nya, ia sama sekali tidak mempunyai dendam pada  sang Papa. Meskipun beliau bukan Papa kandungnya, tapi ia punya rasa sayang dan hormat pada beliau.

Selepas menelpon, tubuhnya melemas. Seketika tubuhnya luruh begitu saja ke lantai, ia menyenderkan punggungnya ke tembok rumah sakit. Pria itu menoleh kearah ruangan, dimana istrinya sedang dalam penanganan dokter. Ia tidak tau kejadiannya akan seperti ini. Kalau saja, ia tidak lalai dalam menyeberang. Andai saja ia yang kecelakaan, bukan istrinya. Berbagai penyesalan datang menghantui pikiran dan hatinya.

Beberapa saat kemudian, mereka semua datang dengan wajah khawatir dan cemas. Raut mendung yang kentara sekali.

"Bagaimana keadaan Qamira?" tanya to the point Sarah dengan air mata yang terus mengalir.

"Masih ditangani oleh dokter, Ma." jawabnya pelan. Pria itu sama sekali tidak bersemangat dalam berbicara sekalipun, ia hanya duduk di kursi dengan keadaan lemas tak bertenaga.

Pintu ruangan itu terbuka, menampakkan seorang dokter dan suster dengan pakaian putih-putih.

"Dengan, keluarga pasien?" tanya dokter itu.

Pria itu bangkit dari tempat duduknya, "Saya, suaminya."

"Begini, kami sudah kasih pertolongan pertama, tetapi keadaan pasien semakin memburuk akibat mengalami benturan yang cukup keras. Saya sarankan, pasien harus segara melakukan operasi caesar. Karena ... Ibu dan bayinya harus diselamatkan dengan segera. Jika tidak, keduanya tidak dapat kami selamatkan ..." ujar dokter itu.

Hello, Mr. Boss! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang