Happy reading..
****
Setelah peristiwa waktu itu, Abyan sama sekali tak pernah bertemu atau berkomunikasi dengan orang tuanya lagi. Saat dia mencoba menelpon sang Mama, pasti langsung dimatikan olehnya. Sudahlah, sudah cukup banyak masalah yang belum selesai. Kepalanya serasa mau pecah, hanya memikirkan jalan keluarnya.
Abyan berjalan ke luar ruangannya, ia melihat sang istri sedang di kerumuni oleh beberapa karyawan. Mereka terus mencecar Qamira dengan banyak pertanyaan. Ia menghampiri mereka, dan berdehem cukup keras. Semuanya menoleh, dan memasang wajah kikuk.
"Kalian sedang ngapain?" Tanyanya dengan berwibawa.
"Pak Abyan memangnya tidak tau ya, sekertaris bapak ini hamil diluar nikah." Terus terang salah satu dari mereka.
"Hamil diluar nikah?" Ulangnya yang dibalas anggukan kompak mereka.
Tiba-tiba Abyan menarik tangan Qamira agar berdiri di sampingnya, lalu memeluk pinggangnya. Qamira terkejut dengan yang dilakukan oleh lelaki itu, ia hanya diam. Mereka semua pun terkejut dengan yang dilakukan oleh bosnya.
"Saya tidak mau hal ini ditutup-tutupi lagi, bahwa Qamira ini istri saya." Pernyataan dari Abyan membuat semuanya menganga tak percaya, termasuk seseorang di belakang. Qamira hanya menunduk, ia tak mau melihat reaksi mereka yang pastinya ia tidak tau.
"Bapak bohong kan? Emangnya Kapan kalian menikah? Gak ada kabar tuh." Celetuk salah satunya.
Abyan menunjukkan jarinya dan jari Qamira yang terpasang cincin nikah couple, yang menjadi buktinya.
"Jelas kan?"
Mereka semua masih tidak percaya akan satu fakta yang baru diketahuinya. Abyan membawa Qamira ke arah lift, dan masuk kedalamnya.
"Bapak ngapain sih kasih tau mereka?! Tau kalo saya belum siap." Protes Qamira.
"Karena saya tidak mau kamu dijelek-jelekkan oleh mereka, dan juga sama Yuna. Dia pernah nyakitin kamu kan? Sampai pipi kamu terluka." Jelas Abyan dengan tenang.
"Bapak tau dari mana soal mbak Yuna?" Tanyanya tak percaya.
"CCTV. Kamu lupa, seluruh sudut kantor itu dipenuhi kamera pengawas." Qamira hanya manggut-manggut saja, jelaslah semua kejahatan di kantor ini pasti terekam.
"Saya juga sudah memecat mereka bertiga." Ucap Abyan yang membuat Qamira terkejut setengah hidup.
"Kok bisa?! Kapan? Kok saya gak tau?" Cecar Qamira.
Abyan tidak menjawabnya, ia malah melanjutkan langkahnya ke luar lift dan meninggalkan sang istri. Dengan cepat Qamira mengejar suaminya, ia berjalan cepat.
Brukkk
Suara seseorang terjatuh, Abyan menoleh ke belakang. Qamira sedang memegang kakinya yang kesakitan. Segera lelaki itu menghampirinya, dan memeriksa keadaan Qamira.
"Kamu gak papa?" Tanyanya memastikan.
"Sakit.." ringisnya.
Abyan menggendong Qamira ala bridal style.
Eh,.
Lalu Abyan membawa wanitanya ke mobilnya, karena sekarang juga sedang jam makan siang.
***
Saat ini mereka sedang di sebuah rumah makan, Qamira termenung sejenak. Ia memikirkan kejadian barusan, harinya buruk sekali. Apa mungkin karena perutnya sudah mulai membesar, jadinya mereka tau kalau ia sedang mengandung?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Mr. Boss! [END]
Spiritual[Follow sebelum membaca ya] Suatu hari, Qamira yang ingin memulai interview kerja di sebuah perusahaan, namun sialnya ia bertemu pria yang menurutnya aneh sewaktu di bis trans. Dan siapa sangka, ternyata si 'pria aneh' itu ialah merupakan direktur...