Happy reading!
****
Wanita yang saat ini berstatus sebagai istri, juga calon ibu itu tengah mengobati luka suaminya. Sesekali, Abyan meringis saat Qamira tak sengaja menekan lukanya.
"Awss.. sakit Ra," ringisnya.
"Maaf, sakit ya?" Qamira juga ikut merasakan sakit yang dialami suaminya itu, apa ini ikatan batin kalau anak mereka tak ingin melihat sang ayah kesakitan?
"Kamu, sejak kapan bisa ada di basemen? Bukannya kamu tadi lagi shh.. sibuk?" Walaupun wajahnya penuh luka begini, dia tetap saja penasaran. Sesekali meringis saat lukanya di obati.
Qamira menghela nafasnya pelan, lalu ia menjawab. "Sejak Papa sama Mama ada di kantor, terus aku ngikutin kalian dari belakang." Jelasnya.
"Ra, kamu dengar apa yang Papa saya katakan kan? Bahkan dia meminta saya untuk tanggung jawab sama Alana," ujarnya, dan di balas anggukan kecil darinya.
"Lihat kan, betapa bencinya dia sama saya." Abyan terkekeh, ia menertawakan dirinya sendiri. Sejurus kemudian, ia meneteskan air matanya. Tenggorokannya tercekat, seperti sedang makan tapi kesusahan dalam menelannya.
Qamira yang melihatnya pun, menyeka air matanya dengan kedua tangannya. Diusapnya air mata itu, menggunakan ibu jarinya. "Mas, gak boleh putus asa gitu. Masih ada yang sayang sama mas, contohnya aku." Abyan tersenyum malu, dengan wajahnya yang terlihat salting itu.
"Tapi.. kok bisa sih, papa benci sama Mas? Biasanya, seorang ayah itu sangat menyayangi anaknya. Apalagi kamu adalah seseorang yang sukses, papa pasti bangga." Ujarnya.
"Saya mau kasih tau sesuatu sama kamu." Qamira mengerutkan dahinya.
"Kasih tau sesuatu apa, maksudnya Mas?" Tanyanya.
"Saya itu bukanlah anak kandungnya." Sebuah fakta yang membuat Qamira terkejut bukan main. Lantas Papa kandungnya Abyan itu siapa ya?
"Kok bisa?! Terus berarti, Mama Rani itu bukan Mama kandung Mas ya?"
"Mama Rani itu Mama kandung saya. Jadi saat saya masih kecil banget, Mama sama Papa menikah disaat keduanya juga sudah memiliki satu orang anak."
"Terus Papa kandung Mas, kemana?" Tanya Qamira dengan sangat penasaran, Abyan tersenyum getir.
"Papa kandung saya, sudah meninggal akibat kecelakaan. Yang di mana beliau berusaha menyelamatkan saya, karena waktu itu saya hampir tertabrak oleh mobil." Jelas Abyan sambil menahan air matanya.
Flashback
Abyan yang sedang memegang surat kelulusan, dan piala pun tersenyum sumringah. Ia memasuki rumahnya yang terlihat sepi itu. Abangnya, Arka sedang pergi kuliah, jika kedua orang tuanya ia tak tau di mana mereka.
Saat ia ingin melewati dapur, tiba-tiba saja ia mendengar kedua orang tuanya sedang berdebat di pinggiran kolam. Jadi pintu keluarnya itu, menggunakan kaca transparan. Yang memungkinkan untuk Abyan bisa melihat dan mendengar pembicaraan mereka.
"Mas, mendingan kamu gak usah kasih tau Abyan ya?" Ucap Rani dengan wajah yang memelas.
"Aku bakal kasih tau dia, jika dia bukanlah anak kandungku. Dia hanya anak yang sahabatku titipkan kepadaku, sekaligus almarhum suami kamu." Kata Ardi yang membuat jantung Abyan hampir jatuh di tempat.
Ia bukan anak kandungnya, lantas orang tua kandungnya siapa?
Abyan menghampiri keduanya, lalu bertanya. "Kalo kalian bukan orang tua kandung aku, lantas siapa?" Tanyanya yang membuat Rani terperanjat kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Mr. Boss! [END]
Spiritual[Follow sebelum membaca ya] Suatu hari, Qamira yang ingin memulai interview kerja di sebuah perusahaan, namun sialnya ia bertemu pria yang menurutnya aneh sewaktu di bis trans. Dan siapa sangka, ternyata si 'pria aneh' itu ialah merupakan direktur...