Part 35| Kekecewaan

8.1K 379 2
                                    


Happy reading..

***

Hari demi hari, minggu demi minggu, waktu memang cepat sekali berlalu. Abyan semakin di sibukkan dengan segala apa yang menjadi urusannya. Entah masalah investor ataupun waktu minggu kemarin ia habis memecat salah satu karyawannya, karena dia berbuat korupsi di perusahaannya. Sehingga membuat perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar.

Untung saja ia tidak sampai memasukkannya kedalam penjara, kalau bukan karena dia masih memiliki keluarga yang harus dinafkahi.

Pintu diketuk dari luar, Abyan mempersilahkan nya masuk. Qamira berdiri di ambang pintu sambil tersenyum tipis.

"Maaf Pak, ada tamu yang ingin bertemu dengan bapak. Beliau ada di luar, katanya penting." Ujarnya.

"Tamu? Siapa?" Ulang Abyan dengan wajah datarnya. Tiba-tiba saja pria yang tingginya hampir sama dengannya, masuk kedalam ruangannya sambil tersenyum sumringah.

"Assalamu'alaikum ya ahli kubur!" Seru Rifki.

"Baik, kalau begitu saya permisi."

"Eh, bentar! Buatkan saya kopi, tapi jangan terlalu manis. Karena kamu sudah terlalu manis." Mendengar Rifki yang berucap seperti itu ke Qamira, Abyan mendelik tajam sahabatnya.

"Baik, saya akan buatkan kopi untuk pak Rifki." Ucap Qamira dengan tersenyum tipis.

Rifki duduk di sofa, sedangkan Abyan ia masih menatap tajam sahabatnya. "Santai kali! Jangan sok-sokan natap gue kek gitu!"

"Sini, gua mau ngomong sesuatu sama lo." Abyan berjalan ke sofa, dan duduk di sofa single.

"Weet je dat hij verdween alsof hij werd opgeslokt door de aarde?" Ucap Rifki.
(Lo tau gak kalo si Dion menghilang bagaikan di telan bumi?)

Kening Abyan mengerut bingung, tapi ia malah acuh tak acuh. "Mana gua tau, bukan urusan juga."

"Ini nih, akibat lo tinggal di Belanda saking lamanya. Lo ngomong ke gue pake bahasa itu lagi." Protes Abyan, yang di balas dengan kekehan.

"Ya gimana ya, gua jadi kangen tinggal di Belanda lagi."

Pintu diketuk oleh Qamira. "Maaf, ini kopinya." Dia meletakkan secangkir kopi di meja yang menjadi pemisah antara sofa.

"Thanks."

"Kalo gitu saya kembali bekerja lagi, assalamu'alaikum." Abyan memandang kepergian sang sekretaris sampai menghilang dibalik pintu.

"Gausah kek gitu juga kali Yan, posesif amat sama istri." Ucap Rifki yang baru saja menyeruput kopinya.

"Oh iya, denger-denger, minggu kemaren perusahaan lo ngalamin kerugian ya?" Tanya Rifki yang dibalas anggukan singkat dari Abyan.

"Waahh! Bener-bener karyawan lo, gak tau berterima kasih banget emang!" Geram Rifki.

"Udah ah, ga usah bahas itu lagi. Gua mau cerita sesuatu sama lo?"

"Apaan?"

"Alana ngaku hamil anak gua." Rifki terkejut dengan pernyataan dari sahabatnya.

"Wah-wah... lo tega bener bro, Lo tega nyakitin hati bini lo! Mending istri lo buat gua aja!" Cetus Rifki yang di balas bogeman dari Abyan.

"Sembarangan aja lu kalo ngomong! Gua gak mungkin lah ngehamilin  Alana, itu pasti anak dari selingkuhannya."

"Lagian, Qamira juga lagi hamil anak gua." Lanjutnya yang ditanggapi dengan muka terkejut dari Rifki.

Hello, Mr. Boss! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang