Part 46| Hello, Mr. Boss! [End]

15.2K 423 1
                                    


Happy reading;)

*
*
*

Beberapa bulan sudah berlalu, putra kecil mereka pun semakin hari, semakin aktif. Ketampanannya pun mulai nampak, benar-benar definisi dari buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

Seperti keluarga pada umumnya, weekend digunakan sebagai waktu untuk beristirahat-tidak dengan Abyan, ia ada pekerjaan yang harus diselesaikan secepatnya. Tetapi barusan saja, sans istri menyuruhnya untuk menjaga Aryan sebentar. Terpaksa ia juga harus menunda pekerjaannya.

Ia membawa sang putra ke taman belakang rumah-mencari udara segar. Biasalah, pagi-pagi. Pria itu mengajak putranya berbicara-seorang bayi memang diharuskan untuk selalu diajak bicara oleh orang tuanya, karena nantinya bayi tersebut akan mengikuti apa yang dikatakan oleh orang tuanya. Tapi, bicaranya juga harus lembut dan halus.

Usia Aryan baru delapan bulan, dia bayi yang aktif, bahkan jika dibiarkan sendiri bagi itu pasti sudah menghilang entah kemana. Abyan saja terkadang pusing jika harus giliran menjaga putranya.

Setelah puas di taman, pria itu membawa sang putra kembali masuk kedalam rumah. Ia duduk di sofa ruang keluarga dengan hati-hati.

"Aryan, kenapa hm? Haus ya?"

Aryan yang cukup mengerti apa yang dikatakan oleh sang papa, hanya memandangnya lama. Mata bulatnya mengerjap lucu, pipi tembemnya yang seperti bakpao.

"Sebentar, kita buat susu buat kamu dulu ya? Oke!"

Pria itu pun beranjak ke dapur, membuat susu dalam botol dot.

"Mama kamu mana, yaa? Dari tadi belum balik-balik." ujarnya sambil berjalan ke arah sofa ruang keluarga.

Tangan Aryan sibuk mencoba memegang dot susunya sendiri, dan akhirnya bisa. Setelah merasa kenyang, bayi itu duduk di bawah sofa, di atas karpet bulu. Ditangannya sudah ada mainan yang baru dibelikan oleh sang papa. Tentunya mainan yang ramah untuk bayi.

Tiba-tiba saja pria yang sudah menyandang status sebagai ayah itu, mendapatkan telepon penting dan ia harus menjawabnya sekarang juga. Dengan terpaksa ia pun menjawab telepon tersebut.

Aryan sama sekali tidak menyadari jika Papa nya, pergi meninggalkannya sendirian-hanya karena mendapatkan telepon mendesak. Matanya tiba-tiba tertuju pada satu Manikam yang tak jauh darinya.

"Bem! Bem yan!" maksudnya adalah mobil mainan yang entah sejak kapan bisa ada di tempat yang tidak bisa di jangkaunya.

Bayi itu mulai merangkak di lantai, agar bisa mendapatkan mobil mainan yang diinginkannya. Sedangkan Abyan, dia masih saja sibuk teleponan.

Setelah mendapatkannya, bayi itu memeluk mobil mainannya dengan erat agar tidak hilang lagi. Tetapi kemudian, ia merangkak kembali menuju pintu rumah yang sedikit terbuka.

"Baik, pak. Ya, terima kasih." Handphone yang pria itu genggam akhirnya, ia letakkan kembali di meja yang ada didekatnya.

Matanya menelusuri sekitar, Aryan kemana? Tadi, sebelum ia mengangkat telepon, bayi itu masih duduk sambil bermain. Terus, sekarang kemana? Bisa gawat, jika Qamira tahu anak mereka sempat hilang!

Dari depan rumah, Qamira baru saja pulang belanja bulanan. Tapi, langkahnya tiba-tiba terhenti, belanjaan yang dipegangnya jatuh.

"Aryan!" serunya seraya membawa putranya kedalam gendongannya.

"Ya Allah, nak. Kenapa kamu bisa ada diluar, hm?" raut wajah wanita itu tampak khawatir sekali. Bagaimana tidak, seorang bayi yang belum berusia satu tahun, berada dihalaman rumah tanpa pengawasan orang tua, pastinya terkejut, dan khawatir bukan?

Hello, Mr. Boss! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang