*Happy reading**
*
*Abyan menggosok-gosokkan handuk kecil ke rambutnya yang basah, ia baru saja habis keramas. Tetes-tetes air dari rambutnya mengenai leher, menjadikan ia terlihat maskulin, sudah terlihat bintang iklan parfum.
Matanya menelisik kamarnya yang cukup luas, perempuan yang sangat disayanginya itu pergi entah kemana, padahal tadi ada duduk di sofa sambil melipat baju bayi.
Dinda! Oh, Dinda!? Kamu dimana?!
Saat ia pergi kebawah pun sama, sepi. Ck, kemana sih Qamira?! Menghilang begini, bikin khawatir suami aja!
"Qamira?! Sayang!"
Pria itu, semakin gencar mencari keberadaan istrinya, tapi nihil. Ia sudah mencari ke seluruh penjuru rumah, namun batang hidungnya tidak ada.
Saat ia ingin membuka pintu utama rumah, tiba-tiba saja seorang wanita yang ingin masuk, mengejutkannya.
"Astaga, naga!"
"Astaghfirullah aladzim.." lirih Qamira.
"Mas, mas, lagi ngapain sih sebenarnya. Kenapa tiba-tiba ngagetin aku? Kalo aku jantungan, kan bahaya. Nanti, ada apa-apa lagi sama Baby A, kamu yang harus tanggung jawab." Cerocosnya dengan gerakan mulut yang tiada henti.
"Saya cari kamu."
Qamira terkejut, apa? jadi ternyata suaminya mencari dirinya?
"Kamu habis dari mana? Kenapa lama? Habis ngerumpi?" tanya Abyan bertubi-tubi.
"Aku habis dari rumah tetangga, itu Bu Nilam. Beliau minta tolong sama aku, buat jagain anaknya sebentar."
"Kamu juga sih, mas. Mandi, kok lama. Seperti anak perawan aja, mandinya luluran." tambahnya senantiasa melangkah ke arah sofa, ia pun mendudukkan dirinya di sana.
Pria itu mengikutinya, dan duduk di sampingnya. "Rambut kamu kok basah sih, Mas!"
"Ya, kan saya habis keramas. Rambutnya pasti basah lah, gak mungkin langsung kering."
Qamira yang melihat handuk kecil yang menggantung di leher Abyan, pun berniat untuk membantu mengeringkan rambutnya. Iapun kembali dibuat terpana dengan ketampanan suaminya. Kulit putih bersih, rahang tegas, bibir merah tipis, hidung mancung, serta tatapan mata yang setajam elang. Lagi-lagi fokusnya hilang, dan hanya tertuju pada satu pria. Yaitu, Abyan.
Saat sadar, karena ketahuan oleh pria itu, ia memalingkan wajahnya menghindari tatapan Abyan. Wajahnya tiba-tiba blushing, merah padam.
"Kalau kamu ingin menatap saya lebih lama lagi, juga tidak apa-apa kok. Toh, sudah halal, bukan haram."
"A-aku gak lagi natap, kamu kok. Lagi liatin nyamuk yang caper, hehe..." elaknya dengan sedikit gugup.
Abyan tersenyum samar, ia menurunkan tangan Qamira yang masih memegang handuk, lalu digenggam lah tangan tersebut. Jantung Qamira tiba-tiba berdebar kencang, mulutnya terkunci rapat, tidak bisa berkata-kata.
Tatapan mata mereka bertemu pada satu titik, tepat dimana saat mereka pertama kali merasakan jatuh cinta. Genggaman tangan yang pertama kali saat Qamira ketakutan dikala hujan yang melanda rumah mereka waktu itu. Serta bibir mereka yang pertama kali bersentuhan saat Abyan tak sengaja pulang dengan keadaan mabuk berat, sehingga adanya kejadian malam yang tak pernah dilupakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Mr. Boss! [END]
Spiritual[Follow sebelum membaca ya] Suatu hari, Qamira yang ingin memulai interview kerja di sebuah perusahaan, namun sialnya ia bertemu pria yang menurutnya aneh sewaktu di bis trans. Dan siapa sangka, ternyata si 'pria aneh' itu ialah merupakan direktur...