*Happy reading*
•••
Malam harinya dua sejoli yang sedang dimabuk asmara, itu tengah berada di kamar mereka. Setelah tadi saling mengungkapkan rasa rindu, keduanya mengalami suasana yang awkward. Qamira memindahkan semua barangnya di kamar lelaki itu, dengan alasan ya emang disuruh sama Abyan buat pindahin semuanya.
Dan Qamira hanya menurut perintah suaminya saja."Mas... emangnya harus banget ya buat satu kamar kek gini?" Abyan yang sedang bersandar pada tempat tidur sambil memegang laptop pun, menoleh ke arah istrinya dengan tatapan heran.
"Ya haruslah!" Balasnya singkat, lalu kembali lagi menatap laptopnya.
"Iya juga sih, kan emang harus. Kalo enggak kan aku bisa dosa juga karena nolak perintah suami" gumamnya pelan tapi didengar oleh Abyan, pria itu menyunggingkan senyumnya.
"Ra..." Panggil Abyan.
"Iya mas," sahutnya sambil menoleh kearah sang suami.
"Bikinin saya kopi ya..." Titahnya pada sang istri.
"Iya aku bikinin kopi sekarang" lalu iapun beranjak pergi ke dapur yang ada di lantai dasar.
Qamira termenung di dapur, mengapa ia jadi gugup jika didekat Abyan. Setelah tadi lelaki itu mengatakan bahwa dia sudah mencintainya. Bukannya ini yang ia mau dari awal menikah? Tapi... kenapa pas sudah benar-benar menjadi kenyataan, malah dirinya yang gugup akan hal itu. Kopi pun sudah jadi, ia membawanya ke kamar Abyan ralat kamar mereka.
Ceklek!
Ia menaruh kopinya di meja nakas dekat Abyan duduk. "Ini kopinya mas." Lelaki itu menoleh dan tersenyum kepadanya.
"Makasih" ucapnya sambil mengangkat cangkir kopi, lalu menyeruputnya pelan. Satu hal yang paling disukai Abyan adalah meminum kopi saat dia sedang mengerjakan pekerjaannya. Sedangkan dirinya duduk di pinggiran tempat tidur, tepatnya di hadapan Abyan.
Lama mereka dilanda keheningan malam yang cukup menenangkan. Mata Qamira menelusuri kamar Abyan yang tertata rapi, tapi kadang kala waktu Qamira masuk dan mengambil cucian baju lelaki itu, pasti berantakan. Kaos dimana-mana, bahkan jas buat kerja aja terlampir di atas sofa, pokoknya jauh dari kata bersih. "Kalo kamu mau tidur duluan, tidur aja jangan nungguin saya. Kerjaan saya masih banyak," ujar Abyan yang masih fokus pada layar laptopnya.
Iapun naik ke atas ranjang dan melirik suaminya sebentar, lalu menarik selimutnya sampai batas lehernya. Dan ia mulai memejamkan matanya untuk menuju ke alam mimpi. Abyan yang menyadari bahwa istrinya sudah tidak bersuara lagi, dan saat ia mendengar dengkuran halus. Ternyata Qamira sudah terlelap dalam tidurnya. "Nyenyak banget tidurnya" ucapnya sambil mengusap kepala istrinya dengan tersenyum.
Abyan menaruh laptopnya di atas meja nakas, dan mulai membaringkan tubuhnya di samping Qamira yang sudah terlelap. Ia menarik selimut yang sama digunakan oleh gadis itu untuk menutupi tubuhnya. Ia memandangi wajah cantik istrinya, setelah cukup puas. Iapun mulai memejamkan matanya, karena besok ia juga harus kembali bekerja. Tapi, sebelum benar-benar terlelap ia merapatkan tubuhnya ke sisi tempat Qamira tidur lalu dengan tiba-tiba ia memeluk tubuh itu. Gadis itu tidak terusik sama sekali dengan pergerakan Abyan yang tiba-tiba.
Mereka pun tidur dalam keadaan Abyan yang memeluk Qamira dari belakang.
~~~~
Mereka baru saja sampai di kantor. Abyan dan Qamira berjalan menuju lift, dan masuk kedalamnya. Mereka berdiri berdampingan layaknya seorang bos dan sekretaris, yang kemana-mana selalu bersama. Setelah lift terbuka, keduanya pun berjalan keluar. Abyan ke ruangannya, dan Qamira menuju ke mejanya. Ia meletakkan tasnya di meja, dan mulai membuka dokumen-dokumen yang harus dikerjakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Mr. Boss! [END]
Spiritual[Follow sebelum membaca ya] Suatu hari, Qamira yang ingin memulai interview kerja di sebuah perusahaan, namun sialnya ia bertemu pria yang menurutnya aneh sewaktu di bis trans. Dan siapa sangka, ternyata si 'pria aneh' itu ialah merupakan direktur...