Happy reading...
****
Mata Qamira perlahan terbuka, ia melihat ruangan yang serba putih. Ia bangkit dari brankar, Dina yang sadar jika sahabatnya sudah bangun. Langsung beranjak dari duduknya.
"Ra, lo udah bangun. Syukurlah, gue khawatir banget sama lo." Ucap Dina dengan cemas.
"Aku dimana?"
"Lo di rumah sakit."
Tiba-tiba dokter yang menangani Qamira tadi datang. Ia melempar senyum manis.
"Alhamdulillah ibu sudah bangun."
"Oh iya Dok, teman saya kenapa? Apa dia ada sakit yang serius?" Tanya Dina yang mewakili pertanyaannya.
"Mbak Qamira tidak apa-apa, tidak ada penyakit serius. Selamat ya mbak, anda saat ini sedang mengandung. Usianya baru lima minggu, jadi di jaga ya. Karena usia ini rentan keguguran, mbak gak boleh banyak pikiran, gak boleh melakukan pekerjaan yang berat. Juga pola makannya harus di jaga." Jelas sang dokter yang bernama dokter Alya tersebut.
Qamira membulatkan matanya. "Saya hamil dok?" Dokter itu mengangguk. Dina membekap mulutnya tak percaya, yes sebentar lagi ia mempunyai keponakan!
"Yaudah kalo gitu terima kasih dok."
"Saya pamit dulu, masih ada pasien yang harus saya tangani."
Dina menatap Qamira berbinar-binar, seperti dapat hadiah mewah. "Ra! Lu lagi hamil!!" Pekiknya.
"Din, jangan berisik gitu ah. Kasian pasien di sebelah, nanti keganggu." Ingatnya pada sahabatnya. Dina terkekeh malu.
"Tapi, apa iya ya?"
"Kalo lu gak percaya, mendingan tes aja pake alat testpack." Saran Dina. Setelah itu mereka keluar dari ruangan, dan berjalan di lorong rumah sakit.
"Ra, lo ada lagi masalah ya?" tanya Dina dengan menerka-nerka yang tepat sasaran sekali.
"Huft.. gue tau kok lo lagi ada masalah sama pak Abyan. Kalo lu ga mau cerita sama gua, yaudah." Mereka berjalan ke taman rumah sakit, dan duduk di kursi.
Qamira membuang nafas berat, ia kembali mengingat kejadian tadi sewaktu di mall. Dimana Alana datang dengan tiba-tiba, lalu mengaku hamil anak suaminya. Mengingat itu saja, hatinya sakit sekali.. seperti di tusuk oleh ribuan jarum. Setetes air mata mengenai pipinya. Apa ia harus cerita ya sama Dina? Karena saat ini dialah orang yang bisa dipercaya olehnya. Gak mungkin kan, ia bercerita mengenai Alana ke ibunya?
"Tadi aku sama mas Abyan pergi ke mall, jalan berdua. Pas aku mau pergi makan, tiba-tiba Mbak Alana datang dan mengaku kalo dia hamil anaknya mas Abyan." Aku Qamira pada akhirnya.
Dina kaget mendengar pengakuan Qamira, ia membekap mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Lalu menggelengkan kepalanya tak percaya. "Masa sih pak Abyan ngelakuin kek gitu sampai Alana hamil?"
"Tapi, dia ngakunya begitu Dinnn.. ya aku percaya. Sebab dia bercerita, jika dua bulan yang lalu keduanya bertemu di sebuah club. Aku percaya karena, waktu itu juga mas Abyan pulang malam dengan keadaan acak-acakan. Dan itu juga membuktikan bahwa keduanya memang benar melakukannya. Aku gak bisa berdalih apa-apa lagi." Jelasnya yang membuat Dina mengumpat dalam hati.
'Bangsat Anjing! Awas aja lo Alana' Batinnya kesal.
"Lo tenang ya, gua akan selalu ada di sini buat Lo." Dina membawa Qamira ke dalam pelukannya, lalu mengusap punggungnya.
"Hiks.. hiks.. apa ini ujian yang Allah berikan ke aku ya Din." Tangisnya pecah dalam pelukan sahabatnya.
"Itu berarti Allah tau mana hamba-Nya yang bisa bersabar, karena Allah juga sayang sama lo Ra.." ucapnya. Dina melepaskan pelukannya, lalu memegang pundak Qamira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Mr. Boss! [END]
Spiritual[Follow sebelum membaca ya] Suatu hari, Qamira yang ingin memulai interview kerja di sebuah perusahaan, namun sialnya ia bertemu pria yang menurutnya aneh sewaktu di bis trans. Dan siapa sangka, ternyata si 'pria aneh' itu ialah merupakan direktur...