Happy reading..***
Malam ini terasa bermakna sekali bagi mereka, beberapa menit yang lalu Mama Rani baru saja tiba di rumah mereka. Saat itu Qamira sedang memasak makan malam, awalnya Rani ingin membantu tapi dilarang oleh Qamira. Katanya gak papa karena masaknya juga udah mau selesai.
Setelah makan malam Rani mengajak Qamira, sang menantu berbincang di ruang keluarga. Sementara Abyan dia hanya jadi pendengar saja diantara keduanya, sesekali mereka tertawa saat membahas hal yang menurutnya lucu. Sedangkan Abyan tetap setia pada wajahnya yang datar juga dingin. Akhirnya ia menyerah dan beranjak pergi ke ruang kerjanya, karena masih ada juga yang harus diselesaikan.
Mereka memang terlihat seperti ibu dan anak perempuannya, dari dulu Rani memang menginginkan seorang anak perempuan tapi Allah berkehendak lain saat dirinya tengah hamil waktu itu, ia malah mengalami pendarahan yang hebat. Sehingga tidak dapat diselamatkan. Qamira yang mendengarnya pun merasa iba, ia baru tau ternyata dulu Abyan sempat mau punya adik.
Karena terlalu larut dalam obrolan sampai-sampai Rani bertanya seperti ini. "Oh ya, kapan kalian akan melaksanakan honey moon gitu? Biar Mama bisa nambah cucu lagi" Wanita yang berstatus sebagai istrinya Abyan itu terkejut dengan jantungnya yang berdegup kencang, serta wajahnya yang kentara sekali terlihat gugup.
"A-ah itu.. kayaknya enggak dulu deh Ma. Soalnya Mas Abyan juga sibuk sama pekerjaannya sebagai CEO perusahaan." Ujar Qamira dengan menyakinkan Mama mertuanya. Rani mengangguk dan tersenyum memaklumi.
Setelah itu keadaan jadi canggung, Rani pamit mau ke kamar yang sudah disiapkan oleh Qamira untuk Mama mertuanya. Tapi akhirnya ia bernafas lega, sebab pertanyaan yang Rani lontarkan untuknya terlalu jauh kesana. Dan Qamira tidak mau sampai keceplosan atau membocorkan problem diantara mereka berdua.
Qamira beranjak pergi ke kamarnya, ralat lebih tepatnya kamar milik Abyan. Ia pergi ke kamar mandi dulu dan mencuci mukanya dengan sabun khusus untuk wajah. Terdengar suara pintu yang dibuka, mungkinkah itu Abyan? Setelah menyelesaikan aktivitasnya dan memakai hijab instannya, dia pun keluar dari kamar mandi.
Dilihatnya Abyan sedang baca salah satu proposal sambil bersandar di atas ranjang. Qamira menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia merasa canggung karena pertama kalinya merak di ruangan yang sama lagi. Sejujurnya ia tak ingin merasa canggung lagi, tapi ya mau gimana lagi?
Ia perlahan mulai naik ke atas ranjang dan sedikit melirik kearah suaminya, tapi segera ia mengalihkan pandangannya sambil menarik selimutnya untuk menutupi seluruh tubuhnya. Abyan menaruh kembali proposal yang ia baca barusan, dan menarik selimut yang sama dengan istrinya.
Qamira menarik selimutnya karena dirasa gak adil, pria itu pun gak mau kalah dan akhirnya mereka saling berebutan selimut. "Mas bisa gak kita gak usah berebutan selimut begini." Qamira membuka suara disela-sela mereka berebut selimut untuk menghangatkan tubuh mereka.
"Kamu tinggal ambil lagi aja selimutnya," Abyan gak mau kalah dengan istrinya. Nampak Qamira yang menahan kesal, Abyan mengulum bibirnya.
"Kalo aku keluar cari selimut, kan nanti yang ada Mama bisa curiga lagi." Ucap Qamira dengan sorot mata yang memelas. Abyan menghela nafasnya pelan.
"Saya putuskan kita satu selimut aja, gak ada yang keluar kamar buat cari selimut lagi." Kata Abyan dengan sorot matanya yang tajam membuat Qamira tidak bisa berkutik lagi dan membiarkan mereka satu selimut.
Gadis itu berbalik badan memunggungi sang suami yang mulai berjalan ke alam mimpinya. Sementara Qamira, dia dari tadi hanya diam dan tidak ada niat untuk tidur. Mangkanya ia berniat untuk bangkit dari tempat tidur, tapi terhalang oleh sebuah tangan yang berada di pinggangnya. Qamira mengerjapkan matanya yang indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Mr. Boss! [END]
Spiritual[Follow sebelum membaca ya] Suatu hari, Qamira yang ingin memulai interview kerja di sebuah perusahaan, namun sialnya ia bertemu pria yang menurutnya aneh sewaktu di bis trans. Dan siapa sangka, ternyata si 'pria aneh' itu ialah merupakan direktur...