Happy reading😁
*
*
*Rencananya hari ini Abyan mau pergi ke rumah sakit jenguk istrinya. Tak lupa ditangannya ada sebuket bunga, juga senyumnya yang terpatri di wajahnya.
Ia berjalan menuju ruangan tempat Qamira dirawat. Tangannya sudah membuka pintu, tapi kenapa ruangannya kosong? Terus kenapa Qamira pergi? Berbagai pertanyaan muncul didalam otaknya. Akhirnya ia tanya sama resepsionis, katanya Qamira sudah pulang sejak satu jam yang lalu.
Dia pulang tanpa mengabarinya? Apa Rayyan benar-benar sudah menceritakan semuanya? Kalo iya, pasti mereka kecewa padanya.
Abyan pulang dengan hati yang hancur, apa yang tadi diharapkannya pupus sudah.
"Tidak semudah itu anda langsung minta maaf sama saya." Kata Abyan yang membuat Dion semakin bingung.
"Terus gua harus apa, biar Lo mau maafin gue? Apa gua harus berlutut dihadapan Lo sama Qamira? Bakal gue lakuin." Ucap Dion serius dan yakin.
"Kalian berdua harus jelasin yang sebenar-benarnya pada Qamira, tentang kebenarannya. Saya tidak mau istri saya salah paham lagi." Pintanya yang langsung disetujui oleh Dion.
"Pasti! Gue bakal jelasin semuanya. Asal Lo mau maafin gue," ujar Dion yang diberi anggukan oleh Abyan.
"Baguslah kalau begitu."
"Lagipula, gue bakal nikahin Alana bulan depan dan akan menetap di Amerika. Dan sebenarnya yang selalu teror Lo itu, Alana." Ungkap Dion yang membuat Abyan terkejut.
"Maksudnya?!"
"Iya, gue juga baru tau sebulan yang lalu. Setelah gue pergoki Alana menyimpan foto-foto yang berhubungan dengan Lo dan Qamira. Dan dia cerita sama gue, jika dia selama ini yang selalu menteror kalian berdua. Gue juga gak nyangka dia bisa berbuat hal nekat seperti itu." Jelasnya.
Tangan Abyan terkepal kuat, rahangnya mengeras.
"Gue mohon, lo jangan laporin Alana ke polisi. Dia lagi hamil anak gue," melas Dion pada Abyan.
"Oke, saya tidak akan melaporkan Alana ke polisi. Tapi, dengan satu syarat. Setelah kalian menjelaskan yang sebenarnya pada istri saya, kalian harus pergi dari kehidupan saya." Ucap Abyan yang langsung disetujui oleh Dion.
Abyan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, membelah jalanan yang cukup lenggang. Pikirannya terus tertuju pada kondisi istri dan calon anaknya, apakah mereka baik-baik saja? Ia merasa tak becus menjadi suami dan ayah yang baik.
Mobilnya sudah berada didepan rumah yang cukup besar, tampak sepi. Abyan berjalan ke depan pintu rumah, lalu memencet bel. Dengan perasaan yang campur aduk, ia menunggu seseorang untuk membukakan pintu.
Setelah sekitar sepuluh menit kemudian, pintu pun terbuka dan tampak yang membukakan pintu adalah ibu mertuanya. Beliau tersenyum lembut, Abyan mencium tangannya dengan takzim.
"Assalamualaikum, Umi."
"Waalaikumsalam. Kamu mau ketemu Qamira?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Mr. Boss! [END]
Spiritual[Follow sebelum membaca ya] Suatu hari, Qamira yang ingin memulai interview kerja di sebuah perusahaan, namun sialnya ia bertemu pria yang menurutnya aneh sewaktu di bis trans. Dan siapa sangka, ternyata si 'pria aneh' itu ialah merupakan direktur...